REPUBLIKA.CO.ID, Aktivis internasional melakukan aksi mogok makan di dua pusat penahanan Israel setelah ditangkap rezim Tel Aviv karena mencoba memasuki wilayah Palestina pendudukan. Puluhan aktivis "Flytilla" melakukan aksi mogok makan pada Senin (11/7) dalam rangka protes terhadap penahanan mereka.
Sebagian besar aktivis yang ditahan berasal dari Perancis, Amerika Serikat (AS), Belgia, Bulgaria, Belanda, dan Spanyol. Para aktivis saat ini ditahan di penjara Beersheva, Israel selatan, dan Ramleh dekat Tel Aviv.
Sementara itu, Jurubicara Layanan Imigrasi Israel Sabine Hadad kepada AFP mengatakan Israel mendeportasi 23 aktivis pro-Palestina pada Senin, sedangkan sisanya sekitar 58 orang masih ditahan.
Ratusan aktivis berencana terbang ke Israel pada Jumat (8/7) dalam sebuah misi damai untuk menyatakan solidaritas mereka dengan bangsa Palestina yang hidup menderita di bawah penjajahan Israel dan sebagai protes atas kebijakan Israel menyangkut masalah perbatasan dengan Palestina.
Namun para pejabat Israel menggagalkan kampanye tersebut dengan merilis daftar nama para aktivis kepada maskapai penerbangan internasional dan meminta untuk memblokir 342 penumpang pro-Palestina.
Sementara itu, Perdana Menteri Palestina, Ismail Haniyah, memuji perjuangan aktivis yang menggelar kampanye "flytilla" dalam rangka menyatakan solidaritas kepada warga Palestina yang hidup di bawah pendudukan Israel.
Haniyah, Jumat (8/7) menyatakan, "Lebih dari 66 penerbangan dari berbagai kota Eropa menuju bandara al-Lod (Ben Gurion) guna mendukung ketabahan rakyat Palestina, dan dalam rangka menentang pendudukan Zionis."
Ikuti Whatsapp Channel Republika