REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa mengatakan berharap proses perdamaian antara Thailand dan Kamboja tetap berlangsung pascapergantian pemerintahan di Thailand.
"Kami berharap Thailand dengan pemerintahan yang baru terus menunjukkan keterbukaan untuk menyelesaikan masalah dengan Kamboja baik secara bilateral maupun multilateral," katanya di Jakarta, Kamis.
Dia menegaskan ada dua kepedulian Indonesia terhadap masalah Thailand-Kamboja, yakni memastikan situasi di perbatasan dalam kondisi stabil serta membujuk dua pihak yang bertikai untuk kembali membicarakan mengenai perdamaian.
Sebelumnya, Perdana Menteri Kamboja Hun Sen menyatakan ucapan selamat kepada Partai Pheu Thai atas kemenangan telak dalam pemilu Thailand baru-baru ini.
Hun Sen mengatakan dirinya percaya bahwa pemerintah baru Thailand akan memecahkan sengketa perbatasan Kamboja-Thailand secara damai.
"Saya sudah mengirim pesan ucapan selamat kepada Ny. Yingluck Shinawatra, Calon Perdana Menteri yang diusung Pheu Thai, untuk sukses di pemilu," kata perdana menteri.
"Sekali lagi, saya ingin menghargai pemilu di Thailand dan juga menyatakan penghormatan kepada para pihak untuk penerimaan mereka terhadap hasil pemilu yang dapat dianggap sebagai pemilu yang baik," katanya.
Dia mengatakan, "Kamboja siap untuk bekerja dengan pemerintah koalisi Thailand mendatang yang akan dibentuk Pheu."
"Kamboja berharap tegas bahwa semua masalah dengan Thailand akan dipecahkan secara damai, kami berharap dapat menciptakan era baru kerja sama Kamboja dan Thailand, dan bekerja bersama sebagai mitra kerja sama dalam kerangka bilateral dan regional serta kerja sama ASEAN," kata Hun Sen.
Hun Sen juga mengatakan, "Kami berharap bahwa Pheu Thai akan membangun rekonsiliasi nasional di Thailand."
Kamboja dan Thailand memiliki konflik perbatasan sporadis atas sengketa wilayah dekat kuil Preah Vihear sejak UNESCO mendaftar candi abad 11 Preah Vihear sebagai Situs Warisan Dunia pada 7 Juli 2008.
Thailand mengklaim kepemilikan tanah seluas 4,6 kilometer persegi (1,8 mil persegi) berupa semak di samping candi.
Sejak itu, kedua pihak telah membangun kekuatan militer di sepanjang perbatasan dan bentrokan periodik telah terjadi, yang mengakibatkan kematian tentara dan warga sipil di kedua pihak.(*)