Ahad 17 Jul 2011 08:02 WIB

Kelompok Oposisi Suriah Bentuk Dewan Tandingan

Presiden Suriah Bashar Al-Assad
Foto: taminat.gov.sy
Presiden Suriah Bashar Al-Assad

REPUBLIKA.CO.ID,ISTANBUL - Pertemuan para tokoh oposisi Suriah di Istanbul, Turki, berakhir Sabtu larut malam (16/7), dengan terpilihnya Dewan Penyelamatan Nasional. Dewan beranggotakan 25 orang yang terdiri atas tokoh agama Islam, liberal dan independen.

"Kita mesti bekerja untuk merangkul kelompok lain oposisi untuk memimpin negara menuju visi demokrasi yang kita miliki," kata Haitham al-Maler kepada Reuters.

Pertemuan tersebut diselenggarakan sehari setelah demonstrasi terbesar sejauh ini di Suriah oleh pemrotes yang berusaha mengakhiri 41 tahun kekuasaan keluarga Al-Assad. Pada Jumat (16/7), tentara Presiden Bashar Al-Assad menewaskan sedikitnya 32 warga sipil, termasuk 23 orang di ibu kota Suriah, Damaskus.

Selama pertemuan di Istanbul, berbagai kelompok oposisi tampak terpecah mengenai apakah akan membentuk pemerintah yang menunggu untuk memerintah atau menunggu untuk melihat bagaimana pemberontakan berlangsung. Mereka akhirnya berkompromi mengenai pembentukan dewan itu. Dewan dijadwalkan bertemu pada Ahad untuk menunjuk satu komite yang terdiri atas 11 anggota. Pertemuan lanjutan akan brusaha memperkokoh ikatan antara berbagai kelompok oposisi.

Banyak di antara hampir 350 orang yang menghadiri kongres oposisi tersebut adalah warga Suriah di pengasingan yang telah meninggalkan negara mereka bertahun-tahun sebelumnya. Pertemuan itu mulanya diharapkan dapat bergabung dengan anggota oposisi di dalam Suriah melalui hubungan video dengan satu konferensi di Damaskus, tapi rencana tersebut dibatalkan setelah pasukan keamanan Suriah mengincar tempat pertemuan itu sebagai bagian dari penindasan Jumat di ibu kota Suriah.

Selama pertemuan tersebut, para tetua suku mengeluh mereka tak diberi pengakuan yang layak mereka terima, sementara berbagai faksi Kurdi menarik diri dari pertemuan itu, dan tokoh liberal kecewa dengan banyaknya tokoh Islam.

sumber : Antara/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement