Senin 18 Jul 2011 13:20 WIB

Konflik Laut Cina Selatan Diharapkan Dibahas pada Pertemuan Menlu ASEAN

Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa saat akan mengikuti rapat kerja dengan komisi I di gedung DPR, Jakarta, Senin (20/6).
Foto: Republika/Tahta Aidilla
Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa saat akan mengikuti rapat kerja dengan komisi I di gedung DPR, Jakarta, Senin (20/6).

REPUBLIKA.CO.ID, NUSA DUA, BALI - Menteri Luar Negeri Marty Natalegawa menyatakan harapan agar pertemuan Menlu ASEAN ke- 44 dan pertemuan Forum Regional ASEAN ke-18 di Bali pada 16-23 Juli di Bali dapat memberi kontribusi positif terhadap penyelesaian konflik Laut Cina Selatan.

Sebelumnya diberitakan beberapa negara anggota ASEAN, yakni Filipina, Vietnam, Brunei Darussalam, dan Malaysia ditambah Cina mempersengketakan wilayah Laut Cina Selatan, termasuk gugus Kepulauan Spratly dan Kepulauan Paracel yang kaya kandungan migas.

"Dalam pertemuan dengan Menlu Brunei Darussalam Mohamed Bolkiah tadi pagi, kami mengatakan perlunya ditindaklanjuti pembahasan tentang panduan untuk implementasi Declaration of Conduct (DOC) yang sudah disepakati negara-negara terkait sejak 10 tahun lalu. Saya berharap dalam pertemuan di Bali kali ini pembuatan panduan untuk DoC bisa dicapai," kata Menlu setelah menghadiri pertemuan Komisi Bersama Kerjasama Indonesia-Brunei Darussalam pada Senin pagi.

Menlu mengingatkan pentingnya negara-negara terkait untuk segera mengimplementasi DoC sebagai langkah antisipasi konflik di kawasan Laut Cina Selatan ke depannya.

 

Ditanya mengenai langkah Filipina yang berencana melaporkan masalah laut Cina Selatan ke PBB, Marty mengatakan tidak mempermasalahkan hal tersebut.

"Memang ada beberapa mekanisme yang tersedia bagi semua negara untuk penyelesaian masalah internasional baik melalui jalur bilateral ataupun multilateral. Saya kira hal tersebut tidak masalah asalkan sifatnya saling komplementer," katanya.

Dia menambahkan yang terpenting bagi negara di kawasan saat ini adalah bagaiman menciptakan suasana kondusif bagi penyelesaian masalah Laut Cina Selatan.

Sementara itu, Sekretaris Jenderal ASEAN Surin Pitsuwan yang ditemui di tempat terpisah mengatakan konflik Laut Cina Selatan selama sembilan tahun terakhir memicu kekahwatiran masyarakat internasional karena kawasan tersebut merupakan jalur perdagangan penting dunia.

Dia mengimbau negara-negara terkait untuk segera menyepakati panduan DoC dan mengimplementasikannya. "Saya yakin kita bisa menyelesaikan isu ini. Mari buktikan kepada dunia bahwa ASEAN dan Cina bisa menyelesaikan konflik secara damai," katanya

sumber : Antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement