REPUBLIKA.CO.ID,MOSKOW--Rusia Senin mengecam Amerika Serikat dan negara-negara lain yang telah mengakui pemberontak Libya 'Dewan Transisi Nasional' (NTC) sebagai pemerintah yang sah, dengan mengatakan bahwa mereka memihak dalam perang sipil. "Mereka yang menyatakan pengakuan sepenuhnya pada pemberontak bersikap di sisi satu kekuatan politik dalam perang sipil," kata Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov kepada wartawan.
Lavrov menegaskan, Rusia tidak berniat untuk mengakui pemberontak Dewan Transisi Nasional (NTC) sebagai otoritas resmi Libya, tapi bermaksud untuk memandangnya sebagai mitra negosiasi. Dia mengatakan pekan lalu, pengakuan negara-negara Barat dan kekuatan-kekuatan regional menentang pemerintah Libya dan mengorbankan rezim Muamar Qaddafi di Tripoli, itu sama artinya dengan memilih berpihak dalam satu perang sipil.
"Kami tidak berbagi posisi ini untuk satu alasan sederhana - dan ini sekali lagi berarti bahwa mereka yang menyatakan pengakuan (kepada pemberontak) itu bersikap sepenuhnya pada salah satu kekuatan politik di dalam satu perang sipil," kata Lavrov.
Sebelumnya Rusia juga menegaskan pihaknya tak punya rencana untuk memasok senjata kepada orang kuat Libya Muammar Qaddafi. "Undang-undang Rusia dan undang-undang negara-negara Uni Eropa melarang setiap pasokan senjata ke wilayah terkena konflik sipil atau perang sipil," kata utusan Rusia di NATO Dmitry Rogozin dalam sebuah wawancara dengan stasiun radio Ekho Moskvy pada Minggu.
Menurut Rogozin, apa yang beberapa negara NATO lakukan di Libya adalah tercela dan bertentangan dengan semua resolusi Dewan Keamanan PBB terhadap negara Afrika Utara itu.