Kamis 21 Jul 2011 06:37 WIB

Kroasia Puji Penangkapan Penjahat Perang Goran Hadzic

REPUBLIKA.CO.ID,ZAGREB--Zagreb memuji penangkapan bekas pemimpin pemberontak Serbia Kroasia Goran Hadzic di Vukovar, tempat ia dituduh melakukan beberapa kekejaman terhadap warga Kroasia oleh pengadilan kejahatan perang PBB. Presiden Ivo Josipovic mengatakan penangkapan itu terlambat, tapi pengadilan akan dilakukan.

"Kita tentu saja dapat mengatakan bahwa penangkapan itu terlambat. Pengadilan itu lambat tapi akan terjadi," kata Josipovic dalam sebuah pernyataan yang disiarkan oleh radio nasional HRT. Dalam satu kunjungan ke Polandia, Perdana Menteri Jadranka Kosor menyatakan: "penangkapan Hadzic adalah kabar baik bagi kemanusiaan, bagi dunia dan yang terpenting bagi Kroasia".

Ia mengeluh bahwa diperlukan dua dasawarsa untuk menangkap bekas pemimpin pemberontak Serbia Kroasia itu, yang menentang pemisahan negara itu dari bekas Yugoslavia. "Banyak keluarga korban ... sudah tidak hidup untuk melihat penangkapan Hadzic," ia mengeluh.

Hadzic, 52, ditangkap di Serbia pada Rabu pagi. Ia adalah pelarian terakhir yang dicari oleh Pengadilan Kejahatan Perang Internasional untuk bekas Yugoslavia (ICTY). Ia khususnya dicari karena pembunuhan besar-besaran oleh tentara di bawah komandonyan atas 250 pengungsi warga sipil yang diambil dari sebuah rumah sakit setelah Vukovar, sebuah kota di Kroasia timur yang berbatasan dengan Serbia, jatuh menyusul hampir tiga bulan pengepungan pada November 1991.

"Pada waktu itu, Hadzic adalah tuan mati dan hidup di Vukovar dan memutuskan nasib sejumlah tawanan," kata Zdravko Komsic, pemimpin asosiasi para bekas tawanan perang Vokovar. Hadzic menghadapi 14 tuduhan kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang atas pembunuhan ratusan warga sipil Kroasia dan bukan-Serbia serta pendeportasian puluhan ribu lebih pada saat perang 1991-95 di Kroasia.

Orang-orang lain yang selamat dari pembantaian di Vukovar mengharapkan penangkapan Hadzic akan membantu mengetahui nasib 300 lebih orang yang masih hilang. "Kami mengharapkan bahwa pengadilannya ... akan memancarkan cahaya pada nasib orang-orang yang masih hilang" sejak kejatuhan pada 1991, kata Vesna Bosanac, direktur rumah sakit pada waktu perang tersebut.

sumber : antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement