Selasa 26 Jul 2011 16:20 WIB

Breivik Dinilai Hanya Mencari Sensasi dengan Cara Gila

Rep: Agung Sasongko/ Red: Djibril Muhammad
Anders Behring Breivik
Foto: FACEBOOK
Anders Behring Breivik

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA - Peristiwa pemboman Osle, Norwegia menjadi bukti bahwa ada semacam ancaman terhadap perdamaian. Namun, yang perlu diwaspadai adanya indikasi keinginan seorang individu untuk mencari sensasi dengan menghalalkan segala cara termasuk menyakiti orang-orang yang tidak bersalah.

Hal itu diungkapkan, wakil ketua Yayasan Ali Karim, kepada Republika.co.id, Selasa (26/7). "Saya melihat orang zaman sekarang nekat mencari sensasi dengan cara gila. Kasus pemboman Oslo merupakan salah satu contohnya," kata dia.

Menurut dia, tidak ada alasan kuat mengapa pristiwa pemboman terjadi. Sebab, negara tersebut dinilai memiliki toleransi dalam batas yang wajar. Sekalipun ada konflik, itupun terkategori bentuk dinamika masyarakat yang tengah menghadapi isu multikulturalisme.

Jadi, kata Ali, tindakan itu merupakan bentuk ekspresi yang salah konteks. Kepada umat Islam, Ali mengatakan tidak perlu resah dengan pristiwa tersebut. Yang perlu diperhatikan, bagaimana setiap Muslim menciptakan sensasi yang sesuai dengan keyakinannya.

Semisal, menjaga toleransi, menghormati satu sama lain dan berprilaku sebagai umat beradab. "Momentum Ramadhan bisa menjadi sarana ekspresi yang tepat sebagai seorang Muslim," imbuh dia.

Meski tidak bermaksud mengabaikan adanya kehadiran 11 bulan lain, Ramadhan merupakan hadiah yang diberikan Allah SWT kepada umat Islam untuk mengekspresikan dirinya sebagai Muslim. Tidak makan dan minum di tengah kepungan kuliner yang sedap dan enak dipandang.

Menghabiskan waktu di Masjid kendati beragam acara di televisi dan lainnya lebih menarik ketimbang masjid. "Inilah sensasi yang harus dikejar. Bentuk ekspresi seorang Muslim dihadapan Allah SWT," pungkas dia.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement