Jumat 29 Jul 2011 06:10 WIB

Pemberontak Libya Tempatkan Duta Besar di Paris dan London

REPUBLIKA.CO.ID,PARIS--Gerakan pemberontak Libya menempatkan duta besar di Paris dan London, Kamis, untuk meresmikan hubungan dengan sekutu utama mereka itu dalam perang menggulingkan pemerintah Muammar Gaddafi dari kekuasaan di Tripoli. Wakil Dewan Transisi Nasional (NTC) di Paris, Mansur Saif Al-Nasr (63), mengatakan kepada AFP, ia telah menyerahkan surat-surat kepercayaan kepada Kementerian Luar Negeri Prancis dan menunggu kunci kedutaan itu, yang dikosongkan oleh orang-orang Qaddafi pada Mei.

Nasr mengatakan, ia adalah mantan anggota liga hak asasi manusia Libya dan gerakan oposisi di pengasingan. Ia meninggakan Libya pada 1969 dan tinggal di luar negeri, termasuk 20 tahun di AS. Koordinator NTC di Inggris, Guma Al-Gamaty, mengatakan, kelompok pemberontak Libya itu juga telah menunjuk Mahmud Nacua, seorang penulis dan intelektual berusia 74 tahun, sebagai duta besar mereka untuk London.

Inggris telah mengusir seluruh staf Qaddafi dari kedutaan mereka di London dan mengikuti Prancis mengakui NTC sebagai satu-satunya otoritas kekuasaan di Libya. Pengakuan resmi Inggris itu disampaikan Rabu oleh Menteri Luar Negeri William Hague, yang meminta NTC mengambil alih kedutaan Libya dan menunjuk seorang utusan resmi.

Inggris juga akan membebaskan aset minyak Libya senilai 149 juta dolar yang dibekukan sesuai dengan resolusi Dewan Keamanan PBB, agar pemberontak NTC bisa memanfaatkannya. Deputi Menteri 

Menteri Luar Negeri Libya Khaled Kaaim mengatakan, langkah Inggris itu "tidak bertanggung jawab, ilegal dan melanggar hukum Inggris serta internasional" dan mengatakan, Libya akan menuntut mereka ke pengadilan.

Sejumlah negara yang telah mengakui NTC sebagai perwakilan sah rakyat Libya adalah Turki, Uni Emirat Arab (UAE), Australia, Inggris, Prancis, Jerman, Gambia, Italia, Yordania, Malta, Qatar, Senegal, Spanyol dan AS.

Dewan itu, yang mengatur permasalahan kawasan timur yang dikuasai pemberontak, melobi keras untuk pengakuan diplomatik dan perolehan dana untuk mempertahankan perjuangan berbulan-bulan dengan tujuan mendongkel pemimpin Libya Muammar Qaddafi.

Negara-negara besar yang dipelopori AS, Prancis dan Inggris membantu mengucilkan Qaddafi dan memutuskan pendanaan dan pemasokan senjata bagi pemerintahnya, sambil mendukung dewan pemberontak dengan tawaran-tawaran bantuan.

sumber : antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement