REPUBLIKA.CO.ID,WASHINGTON--Penembakan mati panglima militer pemberontak Libya merupakan tantangan bagi pihak oposisi yang kini harus memusatkan perhatian pada peningkatan persatuan di dalam jajarannya, kata Kementerian Luar Negeri AS, Jumat.
Juru bicara kementerian itu Mark Toner mengatakan, AS sedang mengkaji pembunuhan Abdel Fattah Younes di Benghazi pada Kamis, dan belum bisa memberikan penilaian mengenai siapa yang bertanggung jawab atas serangan tersebut.
Namun, Toner mengatakan, pembunuhan itu -- pukulan bagi pasukan dukungan Barat yang berperang untuk menggulingkan pemerintah Muammar Qaddafi -- menggarisbawahi tantangan yang dihadapi kelompok pemberontak Dewan Transisi Nasional (NTC) ketika mereka berusaha memelopori transisi demokratis di Libya.
"Yang penting adalah mereka bekerja dengan giat dan transparan untuk menjamin persatuan oposisi Libya," kata Toner pada jumpa pers. Pembunuhan Younes itu terjadi ketika pemberontak Libya mengklaim mencapai sejumlah kemajuan dalam pertempuran melawan pasukan pro-Qaddafi.
Serangan mematikan itu juga berlangsung ketika sejumlah negara mendorong perlawanan Libya dengan mengakui mereka sebagai perwakilan sah negara itu.