REPUBLIKA.CO.ID, OSLO - Petinju legendaris Muhammad Ali mengemukakan kesedihan mendalamnya atas serangan mematikan di Norwegia pada 22 Juli, dalam sebuah surat terbuka yang dipublikasikan, Selasa (2/8). Ia menolak ketakutan atas multikulturalisme yang menjadi alasan di balik peristiwa pembantaian itu.
"Saya patah hati, bukan hanya karena kematian tidak masuk akal dari begitu banyak korban tak bersalah, termasuk banyak anak muda, tetapi juga karena alasan di balik tindakan keji itu," tulis ikon olahraga Amerika Serikat itu dalam suratnya yang diterbitkan oleh harian VG.
"Kekhawatiran multikulturalisme menunjukkan kurangnya pemahaman tentang kesamaan yang ada antara orang-orang di seluruh etnis, ras dan agama," tambah juara dunia tiga kali kelas berat itu.
Muhammad Ali, sekarang berusia 69 tahun dan menderita penyakit Parkinson, adalah penganut agama Islam, agama yang dicerca oleh Anders Behring Breivik, yang mengaku melakukan serangan yang disebutnya sebagai bagian dari "perang salib" terhadap "invasi Islam" di Eropa.
Ekstrimis sayap kanan berusia 32 tahun itu pertama membom kantor-kantor pemerintah di Oslo. Kejadian itu menewaskan delapan orang, sebelum kemudian melakukan penembakan membabi buta di Pulau Utoeya, lokasi Partai Buruh yang berkuasa menggelar perkemahan musim panas untuk anak muda. Ia membunuh 69 orang yang lain, sebagian besar dari mereka remaja.