REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Raja Arab Saudi Abdullah minta diakhirinya pertumpahan darah di Suriah, Senin, dan mengatakan ia telah menarik duta besar negaranya dari Damaskus.
"Apa yang terjadi di Suriah tidak dapat diterima bagi Arab Saudi," katanya dalam sebuah pernyataan tertulis yang dibacakan di televisi satelit Al Arabiya. Ia minta para pemimpin Suriah untuk "menghentikan mesin pembunuhan".
"Arab Saudi mengumumkan penarikan duta besarnya untuk konsultasi," kata raja dalam pernyataan yang dikeluarkan di Riyadh, dimana ia mendesak Suriah untuk "menghentikan mesin pembunuhan dan pertumpahan darah ... sebelum itu sangat terlambat".
"Masa depan Suriah terletak antara dua pilihan: Suriah memilih untuk mengambil jalan yang sepantasnya, atau menghadapi sapuan ke dalam kekacauan yang mendalam, Semoga Tuhan melindungi," katanya.
"Kerajaan ini tidak menerima situasi di Suriah, karena perkembangannya tidak dapat dibenarkan," kata raja Saudi itu. Ia mendesak Damaskus untuk memperkenalkan "pembaruan yang komprehensif dan cepat".
"Suriah harus memikirkan dengan bijak sebelum sangat terlambat dan memutuskan serta melakukan pembaruan yang tidak hanya janji tapi pembaruan yang sebenarnya," katanya. "Pilih bijak atas kebijakannya sendiri atau mereka akan jatuh ke dalam mendalamnya kekacauan dan kehilangan."
Pasukan keamanan Suriah telah menewaskan 50 orang pada Ahad, kata para aktivis di negara itu, ketika rezim membela tindakan kerasnya terhadap "orang-orang yang di luar perlindungan hukum".
Utusan Amerika Serikat untuk Damaskus, Robert Redford, yang telah kembali ke Suriah, Kamis, juga mengatakan dalam satu wawancara di sebuah televisi AS, Ahad, bahwa Washington akan "berupaya untuk meningkatkan tekanan" pada rezim Presiden Bashar al-Assad.
Pernyataan Raja Saudi itu terjadi pada hari setelah Dewan Kerja Sama Teluk (GCC) mendesak Suriah untuk "mengakhiri pertumpahan darah" ketika tekanan internasional meningkat.