REPUBLIKA.CO.ID, BEIJING - Ribuan warga sebuah kota di China barat daya turun ke jalan-jalan, Kamis (11/8) merusak kendaraan-kendaraan polisi dalam protes terbaru oleh penduduk yang marah terhadap perlakuan kasar para pejabat lokal, kata laporan-laporan media, Jumat (12/8).
Protes di Kota Qianxi, provinsi Guizhou, adalah yang terbaru dari ribuan kerusuhan dan demonstrasi singkat dan lokal dan ini terjadi karena penduduk mengeluhkan tindakan para pejabat 'pemerintah kota.'
"Bentrokan meletus antara para pejabat pemerintah kota dan pemilik sebuah kendaraan yang diparkir secara tidak sah, yang menarik ribuan orang dan memicu insiden-insiden di mana massa merusak kendaran-kendaraan aparat penegak hukum dan memblokir jalan-jalan," kata laman internet Radio Nasional Cina, Jumat.
Para perusuh menjungkirbalikkan satu kendaraan pemerintah kota dan merusak lima kendaraan polisi, sementara yang lainnya memblokir jalan-jalan utama di sekitar lokasi kerusuhan dengan truk-truk dan kendaraan-kendaraan lainnya. "Saat menangani insiden itu, sejumlah polisi cedera," kata laporam itu, dan menambahkan pada Jumat pagi massa berpencar ketika polisi melakukan operasi penertiban.
Kerusuhan di Cina selatan Juni juga dipicu oleh dendam antara penduduk dan para pejabat penegak hukum lokal dan para periset mengatakan kejadian-kejadian seperti itu tetapi biasanya sebentar, adalah satu tanda untuk menguji kekuasaan Partai Komunis.
Radio Free Asia yang berpangkalan di Wasghington D.C, memberitakan bentrokan di Qianxi meletus setelah para pejabat berusaha menyita sebuah sepeda listrik, yang mencederai wanita pemiliknya.
Cina dilanda hampir 90.000 'insiden massa' kerusuhan, protes, aksi masa dan tindakn-tindakan kekerasan lainnya tahun 2009, kata satu studi tahun 2011 oleh dua pakar Universitas Nankai di Cina utara. Beberapa perkiraan menyebutkan jumlahnya lebih tinggi.
Ada peningkatan dari 2007, di mana Cina dilanda 80.000 insiden naik dari 60.000 tahun 2006, kata satu laporan sebelumnya Akademi Ilmu Sosial Cina. Seperti halnya banyak protes yang terjadi baru-baru ini, berita mengenai ini meluas di Internet China khususnya di laman mikrobloging Weibo, kata Radio Free Asia.