REPUBLIKA.CO.ID,AMSTERDAM - "Anak-anak adopsi kelak lebih sulit dapat jodoh daripada teman-teman sebayanya yang tidak diadopsi," demikian jelas Peter Dijkstra, pakar biologi evolusi dari Leiden, Belanda, pada Radio Nederland.
Dijkstra mengadakan penelitian melalui wawancara online dengan orang-orang Korea yang ketika masih bayi diadopsi dan lalu dibesarkan oleh orang tua Barat. Dua ratus sembilan puluh responden, semua heteroseksual.
Orang tua adopsi mereka tersebar di berbagai negara di Eropa Barat dan Amerika Serikat. Rata-rasa usia mereka sekitar 30 tahun. "Di antara kelompok anak-anak adopsi itu, pria lebih sulit dapat jodoh di dunia Barat ketimbang wanita," lanjutnya.
Mengapa pria Korea atau lebih umum lagi pria Asia dianggap kurang menarik sehingga sulit berkencan dengan wanita Barat?
Menurut hasil penelitian Peter Dijkstra, citra umum tentang pria Korea adalah mereka itu kutu buku. Gambaran ini didapat melalui media, sedang wanita Korea dianggap menarik dan eksotis. Faktor lain ternyata wanita Barat lebih menyukai pria berperawakan tinggi.
Dari segi fisik memang perawakan pria Korea lebih kecil dibandingkan dengan pria Barat. "Agak sulit bagi pria Asia cari pasangan wanita Barat. Pria kan ingin lebih tinggi daripada istrinya!" kata Peter Dijkstra. Bukan hanya wanita Barat menganggap pria Korea kurang menarik, sebaliknya pun demikian. Pria Korea pun lebih tertarik pada wanita Asia.
Peter Dijkstra pun dulunya anak adopsi asal Korea Selatan. "Pengalaman remaja sulit mencari cewek untuk diajak kencan berdampak terhadap kepercayaan pada diri sendiri. Itu pengalaman yang tidak menyenangkan," jelas Peter Dijkstra. "Teman-teman bule saya begitu gambang dapat pacar."