Kamis 18 Aug 2011 09:13 WIB

Netanyahu Tolak Minta Maaf Soal Pembantaian Flotilla

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu memberi tahu Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton dalam percakapan telepon baru-baru ini negaranya takkan minta maaf kepada Turki mengenai kematian sembilan warganegara Turki selama serangan pasukan komando terhadap flotilla tujuan Jalur Gaza pada 2010.

Dalam satu percakapan Selasa (16/8), Hillary meminta Netanyahu agar menyampaikan permintaan maaf, guna mengakhiri memburuknya hubungan antara Israel dan Turki, dan kemungkinan membantu kepentingan AS di daerah tersebut, demikian laporan televisi Israel, Channel 2.

Namun seorang pejabat di Kantor Perdana Menteri, yang berbicara dengan Xinhua --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Kamis, tak bersedia mengkonfirmasi atau membantah laporan tentang penolakan Perdana Menteri Israel tersebut.

Perdana Menteri Turki Recep Rayyid Erdogan tak mau buang-buang waktu dalam menanggapi laporan itu, dan mengatakan takkan ada peningkatan dalam hubungan bilateral antara kedua negara tersebut tanpa permintaan maaf. Turki juga menuntut ganti-rugi finansial bagi korban tewas di kapal Mavi Marmara.

Namun, "kami tegas untuk tidak minta maaf", kata pejabat di Kantor Perdana Menteri Isrel itu kepada The Jerusalem Post.

Wakil Israel dan Turki ikut dalam penyelidikan Komite Palmer PBB, yang meneliti keadaan selama serangan terhadap kapal bantuan tujuan Jalur Gaza tersebut. Dalam peristiwa itu, personel pasukan komando Israel "dilaporkan menghadapi perlawanan sengit" dalam upaya untuk mengambil-alih kapal itu guna mencegahnya sampai ke Jalur Gaza.

Mantan perdana menteri Selandia Baru Jeffrey Palmer, yang memimpin kelompok tersebut, dijadwalkan menyajikan temuannya kepada Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, Senin depan (22/8). Laporan itu dijadwalkan disiarkan pada sore harinya.

Sumber di Kantor Perdana Menteri Israel mengatakan laporan tersebut "mendukung versi Israel mengenai kejadian itu", sehingga tak perlu ada permintaan ma'af. "Kami tahu laporan itu mendukung posisi kami," kata sumber tersebut, sebagaimana dilaporkan The Jerusalem Post.

Juru Bicara di Kantor Perdana Menteri Israel Mark Regev mengatakan kepada Xinhua, "Israel menyesalkan memburuknya hubungan antara Jerusalem dan Ankara." Ia menambahkan, "Memburuknya hubungan tersebut bukan karena gagasan kami, dan juga bukan keinginan kami.

sumber : antara

Seberapa tertarik Kamu untuk membeli mobil listrik?

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement