REPUBLIKA.CO.ID,PBB--PBB hari Senin menunda lagi penyiaran laporan mengenai serangan Israel terhadap armada kapal bantuan tujuan Jalur Gaza yang dipimpin kapal Turki karena kedua pihak masih tidak menyetujui dokumen tersebut, kata seorang juru bicara PBB. Laporan mengenai serangan 31 Mei 2010 yang menewaskan sembilan aktivis Turki itu seharusnya telah diserahkan kepada Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon pada Senin.
Namun, wakil juru bicara PBB Farhan Haq mengatakan, Turki dan Israel "belum mencapai konsensus" mengenai laporan itu. Ia tidak memberikan jadwal baru mengenai penyerahan laporan itu namun mengatakan, PBB masih berharap hal itu dilakukan pada akhir Agustus.
Haq menambahkan, anggota-anggota penyelidik masih bekerja untuk mencapai kesimpulan akhir. "Kami berharap upaya ini akan membuahkan hasil." Turki menuntut permintaan maaf Israel atas serangan itu, namun Israel menolaknya. Kedua pihak saling menyalahkan masing-masing atas penundaan terakhir itu. "Permintaan penundaan datang dari Israel, seperti permintaan-permintaan sebelumnya," kata Selcuk Unal, juru bicara kementerian luar negeri Turki, kepada kantor berita Anatolia.
Di Yerusalem, seorang pejabat Israel mengatakan kepada AFP, "Pihak Turki meminta penundaan itu." Israel menjadi sorotan dunia setelah serangan mematikan terhadap armada kapal bantuan tujuan Gaza pada Mei 2010. Laporan yang dikeluarkan Dewan Hak Asasi Manusia PBB pada 22 September menyebutkan, ada "bukti jelas untuk mendukung penuntutan" terhadap Israel karena pembunuhan dan penyiksaan yang disengaja dalam serangan Mei yang menewaskan sembilan aktivis Turki itu.
Israel menolak laporan itu dengan menyebutnya sebagai bias dan mendukung satu pihak dan menekankan bahwa mereka bertindak sesuai dengan hukum internasional. Pasukan komando Israel menyerbu kapal-kapal dalam armada bantuan yang menuju Jalur Gaza pada 31 Mei 2010. Sembilan aktivis Turki pro-Palestina tewas dalam serangan di kapal Turki, Mavi Marmara, yang memimpin armada kapal bantuan itu menuju Gaza.
Israel berkilah bahwa penumpang-penumpang kapal itu menyerang pasukan, namun penyelenggara armada kapal itu menyatakan bahwa pasukan Israel mulai melepaskan tembakan begitu mereka mendarat.
Hubungan Israel-Turki terperosok ke tingkat terendah sejak kedua negara itu mencapai kemitraan strategis pada 1990-an akibat insiden tersebut. Turki memanggil duta besarnya dari Tel Aviv dan membatalkan tiga rencana latihan militer setelah penyerbuan itu. Turki juga dua kali menolak permohonan pesawat militer Israel menggunakan wilayah udaranya.
Setelah serangan itu, Mesir, yang mencapai perdamaian dengan Israel pada 1979, membuka perbatasan Rafah-nya untuk mengizinkan konvoi bantuan memasuki wilayah Gaza -- kalangan luas melihatnya sebagai upaya untuk menangkal kecaman-kecaman atas peranan Mesir dalam blokade itu.
Kairo, yang berkoordinasi dengan Israel, hanya mengizinkan penyeberangan terbatas di perbatasannya sejak Hamas menguasai Gaza pada 2007.
Di bawah tekanan-tekanan yang meningkat, Israel kemudian meluncurkan penyelidikan bersama dua pengamat internasional atas serangan itu. Sekretaris Jendral PBB Ban Ki-moon mendorong penyelidikan terpisah PBB dengan keikutsertaan Israel dan Turki. Israel juga mengendurkan blokade terhadap Gaza dengan mengizinkan sebagian besar barang sipil masuk ke wilayah pesisir tersebut.