Rabu 24 Aug 2011 13:23 WIB

Ledakan-Ledakan Guncang Tripoli, Internasional Isyaratkan Peralihan Kekuasaan

REPUBLIKA.CO.ID, TRIPOLI - Dua ledakan kuat yang disebabkan oleh satu serangan udara mengguncang Tripoli, Rabu (24/8) pagi. Sementara satu pesawat tempur NATO terbang di atas kota itu.

Ledakan-ledakan tersebut muncul setelah pertempuran Selasa malam menyusul penyerbuan kompleks pemimpin Libya Muamar Qaddafi oleh para pejuang yang memberontak. Pemimpin kelompok pemberontak mengatakan kepada koresponden AFP bahwa mereka yang pro Qaddafi bersembunyi di jalan menuju bandar udara.

Presiden Prancis Nicolas Sarkozy mengatakan di Paris ia telah setuju dengan Presiden Amerika Serikat Barack Obama akan melanjutkan aksi militer terhadap Qaddafi berdasarkan mandat Perserikatan Bangsa-Bangsa sampai ia meletakkan senjata.

Sementara itu Beijing mendesak satu "peralihan kekuasaan stabil" di Libya dan mengatakan pihaknya mengadakan kontak dengan Dewan Transisi Nasional (TNC) dari kelompok penentang Qaddafi.

Pernyataan tersebut merupakan isyarat jelas bahwa Beijing telah secara efektif mengalihkan pengakuan kepada pasukan pemberontak yang mengalahkan pasukan pro Qaddafi.

Cina "menghormati pilihan rakyat Libya dan mengharapkan adanya transisi kekuasaan stabil", kata juru bicara Kementerian Luar Negeri Cina, Ma Zhaoxu, dalam satu pernyataan yang dimuat di laman kementerian itu (www.mfa.gov.cn) pada Rabu.

"Kami selalu memperhatikan peran penting Dewan Transisi Nasional dalam memecahkan masalah Libya dan mengadakan kontak dengannya," kata Ma, merujuk kepada kelompok utama pemberontak yang bertempur melawan pasukan loyalis Qaddafi di Tripoli.

"Kami berharap pemerintahan mendatang akan mengambil langkah-langkah efektif, menarik pasukan dari berbagai faksi dan memulihkan ketertiban umum secepat mungkin," kata Ma merujuk kepada Libya.

Bejing masih harus mengakui secara resmi pasukan pemberontak sebagai pemimpin baru Libya. Tetapi komentar Ma dan keterangan-keterangan terbaru dari para pejabat mengindikasikan Beijing telah meninggalkan Qaddafi dan beralih ke pemberontak yang akan menguasai kendali penuh Tripoli segera.

"Kami berharap memainkan peran aktif dalam membangun kembali Libya di masa depan bersama dengan masyarakat internasional," kata juru bicara Kementerian Perdagangan Cina, Shen Danyang, dalam jumpa pers di Beijing Rabu.

Cina dan Rusia memiliki tradisi menentang intervensi di negara-negara berdaulat, bahkan ketika pemerintah-pemerintah Barat menyokong aksi militer atas dasar kemanusiaan.

Tapi Beijing telah meningkatkan hubungan dengan para pemimpin pemberontak dalam bulan-bulan terakhir bahkan mengatakan pertemuan-pertemuan itu merupakan bagian dari usaha untuk mendorong negosiasi di antara pihak-pihak yang terlibat dalam perang enam bulan itu.

Cina adalah konsumen minyak terbesar kedua di dunia dan tahun lalu menerima 3 persen minyak mentah dari Libya.

sumber : Antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement