Ahad 28 Aug 2011 08:30 WIB

Tony Tan Terpilih Sebagai Presiden Singapura

Tony Tan
Foto: AP/Wong Maye-E
Tony Tan

REPUBLIKA.CO.ID,SINGAPURA - Politisi kawakan dan bankir, Tony Tan, dinyatakan sebagai pemenang dalam pemilihan presiden Singapura pada Ahad (28/8). Ia meraih kemenangan dengan perolehan suara tipis.

Tan, 71 tahun, adalah mantan deputi perdana menteri dan orang dekat dengan Partai Aksi Rakyat (PAP) yang berkuasa di negara kota itu. Ia menang dengan perbedaaan 7.269 suara dari saingan terdekatnya dalam pemilihan presiden Sabtu untuk menjadi kepala negara.

Tan meraih sebanyak 744,397 atau 35 persen dari total suara sah. Perolehan suaranya di bawah 60 persen suara yang diperoleh PAP dalam pemilihan umum pada Mei lalu. Perolehan suara paling rendah sejak partai itu berkuasa 52 tahun lalu.

"Presiden merupakan presiden untuk semua warga Singapura, bukan hanya untuk mereka yang telah memberikan suara untuk saya. Tetapi, bahkan presiden untuk mereka yang tak memilih saya. Saya berjanji akan bekerja bagi setiap dan siapa saja di antara kalian," katanya setelah kemenangannya diumumkan.

Dia mengatakan masa kampanye telah selesai dan kini saatnya untuk bekerja.

Departemen Pemilihan memerintahkan penghitungan ulang semua suara setelah penghitungan pertama menunjukkan perbedaan suara yang diraih dua calon kurang dari dua persen. Calon-calon presiden adalah individu dan non partisan. Tetapi, Tony Tan adalah tokoh yang diasosiasikan dekat dengan partai berkuasa itu setelah ia keluar pada Juni untuk mencalonkan diri dalam pemilihan presiden.

Ia telah menjadi anggota parlemen selama 27 tahun dan menjadi menteri lima kali sebelum pindah ke Government of Singapore Investment Corporation (GIC) yang menanam modal di cadangan devisa Singapura.

Saingan terdekatnya adalah Tan Cheng Bock, 71 tahun, yang bersuara oposisi dan menyerukan pemisahaan jelas antara presiden dan pemerintah kendati dirinya bekas anggota PAP.

''Presiden harus bukan orang dekat partai politik," kata Bock sebelum pemilihan itu. "Kepentingannya harus nasional, bukan agenda politik dalam benaknya.''

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement