REPUBLIKA.CO.ID,TRIPOLI - Libya tidak akan mengekstradisi Abdel Basset al-Megrahi yang merupakan terpidana dalam pemboman pesawat terbang di Lockerbie pada 1988. Demikian kata seorang menteri kelompok pemberontak Dewan Transisi Nasional (NTC) pada Ahad (28/8).
"Kami tidak akan menyerahkan warga negara Libya kepada Barat," kata Mohammed al-Alagi, menteri kehakiman NTC, kepada wartawan di Tripoli.
NTC adalah pemerintah de facto gerakan pemberontak Libya dan telah diakui sebagai pemerintah sah Libya oleh banyak negara. "Al-Megrahi sudah pernah diadili dan tidak akan diadili lagi... Kami tidak menyerahkan warga negara Libya. (Moammar) Qaddafi melakukan hal itu," kata Alagi.
Megrahi, yang telah dinyatakan mengidap penyakit kanker, menjalani hukuman delapan tahun di sebuah penjara Skotlandia karena mendalangi pemboman pesawat terbang Pan Am di atas kota Lockerbie Skotlandia pada 1988. Insiden tersebut menewaskan 270 orang. Ia dibebaskan pada 2009 atas dasar kemanusiaan setelah dokter memvonis hidupnya tinggal beberapa bulan.
Perdana Menteri Inggris, David Cameron, kemudian menyatakan, keputusan menteri kehakiman Skotlandia itu merupakan kesalahan. Inggris tidak berkomentar secara langsung mengenai pernyataan pemberontak Libya itu.
"Perdana menteri telah menegaskan bahwa keputusan pemerintah Skotlandia membebaskan al-Megrahi adalah kesalahan," kata seorang juru bicara kementerian luar negeri Inggris. "NTC telah berkomitmen untuk bekerja sama sepenuhnya dalam mengatasi permasalahan hukum penting sejak awal. Sesuatu yang diulanginya lagi saat kunjungan ketua (NTC) Abdul-Jalil ke Inggris pada 12 Mei."
Tayangan televisi yang menunjukkan Megrahi mendapat sambutan pahlawan setelah pembebasannya di Tripoli membuat marah keluarga korban pemboman Lockerbie. Salah seorang tetangga Megrahi di Tripoli mengatakan bahwa ia dibawa oleh pengawal keamanan pekan lalu ketika ibu kota Libya itu jatuh ke tangan pemberontak yang memerangi pasukan Qaddafi.
Keberadaan Megrahi tidak diketahui. Jatuhnya Qaddafi mendorong harapan di sejumlah negara Barat bahwa para pemimpin baru Libya bisa dibujuk untuk mengekstradisi terpidana itu. Namun, hal itu tidak akan populer secara politis di Libya. Karena, Megrahi dianggap kalangan luas sebagai orang tidak bersalah yang menjadi korban permainan politik.