REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON-- Juru bicara Departemen Luar Negeri AS, Selasa (6/9), menyatakan Washington prihatin dengan memburuknya hubungan Turki-Israel. Kisruh Turki-Israel akibat tragedi Kapal Mavi Marmara yang diserang tentara Israel tahun lalu.
"Selama berbulan-bulan kami telah berusaha bekerja sama dengan sekutu kami, Turki, dan sekutu kami, Israel, untuk memperkuat dan meningkatkan hubungan bilateral mereka," kata juru bicara Departemen Luar Negeri AS Victoria Nuland dalam pertemuan reguler.
"Kami masih percaya kembali ke hubungan baik antara mereka adalah untuk kepentingan mereka masing-masing, dan kami akan terus berusaha untuk mencapai sasaran tersebut dengan mereka berdua, tapi kami prihatin denga kondisi hubungan hari ini," kata Nuland, Rabu.
Ia mengatakan AS berharap negara itu dapat "meredam" dan "meredakan" ketegangan dan membawa kedua negara tersebut kembali ke "pembicaraan mengenai peningkatan hubungan mereka".
Nuland menyatakan guna membantu memperbaiki hubungan mereka, Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton baru-baru ini mengadakan pertemuan lama dengan Menteri Luar Negeri Turki Ahmet Davutoglu di Paris dan AS juga mengadakan sejumlah percakapan dengan Israel mengenai itu selama beberapa hari belakangan.
Laporan PBB yang lama dinantikan dan menyelidiki peristiwa maut yang dialami flotilla dengan tujuan Jalur Gaza dikeluarkan Jumat (2/9). Laporan itu menyatakan blokade laut Israel atas Jalur Gaza "sah" dan "sesuai", tapi serangan terhadap armada kapal bantuan tersebut berlebihan dan tak beralasan.
Selama serangan itu, personel pasukan komando Israel menaiki satu kapal bantuan Turki, Mavi Marmara, yang sedang dalam pelayaran menuju Jalur Gaza di perairan internasional dan melepaskan tembakan sehingga menewaskan delapan warga negara Turki dan seorang warganegara Amerika-Turki.
Dalam reaksi keras terhadap penolakan negara Yahudi tersebut untuk meminta ma'af atas serangan mematikan itu, Turki memutuskan pada Jumat untuk menurunkan hubungan diplomatiknya dengan Israel jadi tingkat sekretaris dua dan membekukan semua hubungan militer dengan Israel.