REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Sekretaris Jenderal NATO Anders Fogh Rasmussen, Kamis (8/9), mengatakan perhimpunan tersebut akan mempertahankan operasinya di Libya dan pemimpin terguling Libya Muamar Gaddafi bukan sasaran NATO.
Selama kunjungannya ke Portugal, Rasmussen menekankan sasaran NATO di negara Afrika Utara bukan untuk menangkap Gaddafi.
"Kami ada di sana bukan untuk menangkap Gaddafi. Satu-satunya sasaran kami ialah untuk melindungi warga sipil. Gaddafi bukan sasaran kami," katanya. Ditambahkannya, "Kami akan beroperasi di negara itu selama warga sipil menghadapi risiko."
Ia menyatakan NATO akan berada di Libya sampai Dewan Peralihan Nasional Libya (NTC) dapat menjamin keselamatan penduduk, tapi pada saat yang sama melaksanakan keputusan Dewan Keamanan PBB.
Selama kunjungan tersebut, Rasmussen membahas dengan Menteri Pertahanan Portugal Jose Aguiar Branco penyusunan kembali perhimpunan itu. Ia mengaku negara anggota NATO mesti berbagi keahlian dan peralatan militer mereka dalam berbagai bidang, tanpa membuyarkan penanaman modal mereka.
Guna memperoleh sistem pertahanan yang lebih efektif, negara anggota tersebut mesti bekerja sama dalam apa yang ia sebut "pertahanan cerdas".