REPUBLIKA.CO.ID,NAIROBI- PBB mengumumkan kelaparan Somalia telah menyebar ke enam area. Sebanyak 750.000 orang bisa meninggal dalam beberapa bulan ke depan, kecuali jika bantuan ditambah. Agensi bantuan PBB melaporkan situasi ini sangat mengkhawatirkan bagi anak-anak di Somalia.
“Pada bulan Agustus, 450.000 anak umur enam bulan hingga lima tahun mengalami malnutrisi akut. Sebanyak 190.000 diantaranya menderita malnutrisi yang sangat parah. Mereka memiliki kemungkinan mati sampai sembilan kali lebih tinggi daripada anak yang sehat,” ujar Juru bicara UNICEF, Marixie Mercado. Sekarang, satu dari enam anak di Somalia menderita malnutrisi berat. Namun, jika mereka dapat dirawat, mereka akan segera pulih.
Kombinasi dari kekeringan, perang, pelarangan bantuan pertolongan, dan kekacauan yang berlarut-larut membuat empat juta warga Somalia – setengah dari jumlah populasinya – mengalami krisis. Hasil pertaniannya hanya seperempat dari normal. Harga bahan pangan pun melonjak tajam.
“Kami tidak bisa meremehkan skala krisis ini,” ujar Mark Bowden, Koordinator Kemanusiaan PBB untuk Somalia. “Somalia Selatan adalah pusat kelaparan di Semenanjung Afrika dan merupakan tempat para pengungsi. Kami harus memfokuskan bantuan.”
Dari hasil penelitian PBB, sebanyak enam puluh persen anak mengalami malnutrisi akut. Jumlah pasti mengenai angka kematian belum bisa dihitung, ujar Bowden, tetapi sepuluh ribu orang telah mati dalam jangka waktu tiga hingga empat bulan. Lebih dari setengah angka itu adalah anak-anak. Angka tersebut menunjukan setiap hari seratus orang mati.
Masalah lainnya adalah penyakit. Campak, kolera, malaria, dan tifus telah menyebar di perkemahan. Tempat dimana orang sakit dan kelaparan berkumpul mengharapkan pertolongan. Pegawai resmi pemberi bantuan memprediksi kekeringan akan berakhir Oktober. Tetapi, hujan mungkin dapat meningkatkan resiko penyakit air dan infeksi