REPUBLIKA.CO.ID,NEW YORK -- Menjelang satu dekade peringatan serangan 11 September, Pemerintah Amerika Serikat (AS) menerapkan keamanan yang super ketat di sejumlah titik rawan teror di New York dan Washington DC. Peningkatan pengamanan itu menanggapi sebuah ancaman yang menyebutkan Alqaidah akan menyerang dua negara bagian itu lagi dalam peringatan runtuhnya gedung World Trade Center (WTC), Ahad, (11/9).
Kabar yang datang dari sejumlah pejabat pemerintahan AS pada Kamis lalu (8/9) menyebutkan, tentara Alqaidah berpotensi akan menyerang New York dan Washington DC dalam peringatan sepuluh tahun tragedi runtuhnya gedung WTC.
Menanggapi itu, Pemerintahan AS langsung merencanakan peningkatan keamanan di sejumlah titik ramai di dua negara bagian tersebut. Pihaknya juga mengimbau kepada semua warga AS untuk waspada dalam setiap aktivitas yang mencurigakan selama peringatan hari duka itu berlangsung.
Petugas kepolisian di dua negara bagian tersebut juga menerapkan peningkatan pertahanan yang lebih strategis. Hal itu seperti penambahan jumlah personil polisi yang berseragam maupun yang menyamar, mobil patroli, regu penjinak bom, serta penugasan agen khusus dari HAZMAT, tim SWAT, dan unit K9.
Menurut Pejabat dari Kepolisian Negara Bagian New York, Kim Schneider, petugas hukum federal AS akan berbagi informasi dan saling berkoordinasi dalam operasi peningkatan keamanan. Misalnya, agen khusus dari kepolisian negara bagian akan diikut sertakan dalam komunitas intelejen serta ditugaskan untuk FBI, Secret Service, dan Departemen Pertahanan.
Schneider mengatakan, upaya ini dirancang untuk memperketat pengamanan di wilayah yang terkena ancaman musuh yang kemungkinan hadir saat peringatan 11 September. Hal itu juga untuk merespon insiden di New York atau di wilayah hukum lainnya yang masih teritorial AS.
"Masyarakat di wilayah Capitol Ground atau di wilayah Pemerintahan AS kemungkinan akan melihat lapisan keamanan yang tidak terlihat untuk umum," ujar Schneider, seperti dikutip CNN, Sabtu (10/9).
Banyak langkah-langkah peningkatan keamanan yang diterapkan pemerintah AS setelah mendengar kabar ancaman dari kelompok Al-Qaidah, khususnya di New York. Seperti pengawasan kepada setiap mobil-mobil pengangkut alat berat yang melintas di jembatan George Washington, yang menghubungkan New Jersey dengan New York City. Juga, terowongan Queens Midtown, terowongan Holland, serta Jembatan Verrazano yang menghubungkan Staten Island dan Brooklyn.
Polisi juga memeriksa sejumlah tempat dan kendaraan yang melintas di kota Manhattan. Hal itu sebagai pengawasan kepada kendaraan yang dikisarkan dapat membawa bahan peledak. Namun, pengawasan itu dianggap sebagai hal yang biasa bagi masyarakat di kota tersebut.
Di negara bagian Washington, jumlah personil polisi mulai ditingkatkan setelah berlangsungnya hari buruh beberapa waktu lalu. Anggota Kongres juga menerapkan pengawasan kepada setiap pengunjung yang datang dan sesuatu yang dianggap mencurigakan di negara bagian tersebut.
Beberapa langkah-langkah peningkatan pengamanan juga ada yang terlihat di mata publik. Di jalur kereta bawah tanah Washington, polisi melakukan tes acak bagasi dari penumpang yang berlalu lalang dari eskalator. Tim lain juga berpatroli dengan membawa anjing pelacak yang mengitari trek kereta api tersebut.
Wali Kota Washington DC, Vincent Gray mengatakan, upaya pengamanan di kotanya telah dilipatgandakan menyambut kabar ancaman Al Qaeda. Pihaknya juga menggelontorkan sejumlah petugas keamanan yang bekerja 12 jam.
"Kami menanggapi ancaman serius, dan warga negara harus tahu bahwa kami mengambil semua langkah yang sesuai untuk menjamin keselamatan mereka," kata Gray dalam sebuah pernyataan.
Menurut Sekretaris Pers Gedung Putih, Jay Carney mengatakan, ancaman Al-Qaidah tetap kuat, meski pemimpinnya telah tewas. "Walaupun Osama Bin Laden telah tewas, ancaman tentaranya untuk menyerang AS tetap kuat. Kita harus tetap waspada terhadap ancaman itu," kata Carney.