Rabu 14 Sep 2011 09:01 WIB

Berkenalan dengan PM Turki yang Kini Dimusuhi Israel: Dicurigai Punya Agenda Reislamisasi

Recep Tayyip Erdogan
Foto: AP
Recep Tayyip Erdogan

REPUBLIKA.CO.ID, ISTAMBUL - Ketika Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan tiba di Mesir Senin malam untuk melakukan serangkaian pertemuan dengan menteri luar negeri negara-negara Arab, dia disambut oleh publik Mesir layaknya menyambut idola mereka. Ribuan orang meneriakkan slogan-slogan yang menyebut Erdogan sebagai "penyelamat Islam".

Penyemat Islam? Di negerinya, Erdogan kerap tersandung dengan latar belakang islamnya yang kental. Ia kerap berbentrokan dengan kubu sekuler dalam militer. Peradilan dan oposisi telah menuduh dia memiliki agenda rahasia yang bertujuan mengubah gaya barat republik Turki menjadi teokrasi Islam.

Islam yang teguh dianutnya menjadi senjata lawan-lawannya untuk menjatuhkannya. Di awal karir politiknya, ia sudah dijegal. Saat menjadi walikota Istambul pada tahun 1994, ia dilengserkan dengan cara yang menyakitkan. Empat tahun setelah duduk di kursi walikota, ia kehilangan jabatannya dan dikirim ke penjara untuk sebuah pidato yang dilihat oleh pengadilan sebagai "hasutan untuk kebencian keagamaan."

Benarkah ia seorang fundamentalis atau penganut Islam 'garis keras' seperti kerap terdengar? Berdasar pengakuan orang-orang di sekitarnya, Erdogan selalu menjaga seimbang akar agamanya dengan dosis yang sehat. Ketika ia mendirikan Partai Keadilan dan Pembangunan, atau AKP, pada tahun 2001, dia mendukung pendekatan moderat dalam partainya. Ini pula yang membuat AKP mampu menarik para pemilih moderat berbondong-bondong, sehingga menjadi penyokong utama kemenangan pemilu pertama partainya pada tahun 2002. AKP telah memenangkan dua pemilihan umum lainnya sejak saat itu.

Dalam kebijakan luar negeri, Erdogan telah mengarahkan Turki terhadap tujuan lama nya menjadi anggota Uni Eropa. Namun antusiasmenya didinginkan oleh kenyataan meningkatnya keengganan negara-negara Uni Eropa untuk menerima Turki. Sementara itu, di sisi lain, Turki justru  meningkatkan perannya di Timur Tengah.

Popularitas pribadi Erdogan di wilayah tersebut melonjak ketika pada akhir 2008, ia sangat mengutuk Israel karena intervensi militer di Gaza.

Hari ini,  Turki di bawah duet kepemimpinannya dengan Presiden Abdullah Gul mampu mengawal demokrasi bergaya Barat di negara dengan populasi Muslim dan ekonomi yang besar, dan disebut-sebut bakal memimpin kawasan yang kini terpukul krisis ekonomi itu.

"Kita akan menjadi jauh lebih aktif dalam urusan regional dan global," kata Erdogan pada pendukungnya setelah kemenangan pemilu terbaru dari AKP, yang meraup hampir 50 persen suara pada 12 Juni lalu.

Keputusan Erdogan untuk mengunjungi Mesir, Tunisia, dan Libya dirancang untuk meningkatkan kepentingan ekonomi Turki di wilayah tersebut pada waktu yang sama. Hampir 300 pengusaha Turki menemaninya dalam kunjungan ke Kairo kali ini.

sumber : The National
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Terpopuler
1
Advertisement
Advertisement