Selasa 20 Sep 2011 12:56 WIB

Libya, Libya, Negaraku, Nyanyian Terdengar Lagi di Sekolah Tripoli

REPUBLIKA.CO.ID,"Libya, Libya, negaraku!" seru sekitar 30 anak berusia lima hingga 12 tahun, saat mereka bersama-sama pada Senin (19/9) menyanyikan salah satu lagu patriotik, yang baru mereka pelajari di kelas mereka, di satu sekolah di dekat pusat ibu kota Libya, Tripoli.

Tahun ajaran baru dimulai pada Ahad (18/9) di Libya. Banyak sekolah dasar di Tripoli kembali dibuka, setelah hampir setengah tahun negara itu berada dalam ketegangan karena perselisihan domestik, yang menghasilkan kerusuhan dan merenggut korban jiwa di seluruh negara tersebut.

Sekolah menengah dijadwalkan dibuka kembali pekan berikutnya, namun para murid akan kembali ke sekolah secara bertahap karena beberapa di antara mereka telah pindah dari kota tersebut ketika perang.

Sekolah itu, yang memiliki sekitar 600 murid, pada awalnya bernama "Sekolah Bintang dan Mawar", namun setelah tumbangnya pemimpin Muammar Gaddafi, salah seorang guru yang mengaku bernama Waria mengatakan bahwa mereka enggan untuk menggunakan nama lama, meski nama itu baik secara simbolis.

Karena tidak ada buku pelajaran baru yang tersedia, para guru mengganti fokus pelajaran di kelas ke musik. Lagu-lagu yang kebanyakan diciptakan sebagai slogan pergerakan untuk membentuk negara yang lebih baik dan kuat kerap terdengar bahkan di luar kelas --baik karena suara anak-anak yang kuat atau pun karena jendela yang rusak tetap dibiarkan terbuka.

Menurut para guru, ada bagian sekolah yang dibakar atau dirusak oleh senjata ringan bulan lalu, saat pecah pertempuran antara tentara Gaddafi dan Dewan Peralihan Nasional (NTC). Nuwal (12) adalah salah satu murid yang memimpin paduan suara karena ia adalah ketua kelas. Saat ia menyanyikan lagu-lagu patriotik itu, ia selalu menaruh tangan kanannya di dada. 

Hal lain yang juga mengagumkan adalah ekspresi matanya yang menawan, yang murni, sedih, tapi tegas, seolah-olah ia memiliki keyakinan atas masa depan negaranya. Gadis itu mengatakan, ia benar-benar menginginkan semester yang baru dan buku pelajaran yang baru, demikian laporan wartawan Xinhua Zheng Kaijun, Selasa (20/9).

Kepala sekolah, Milud Essad berjanji kepada para muridnya bahwa buku pelajaran baru, dengan berbagai subjek termasuk geografi, sejarah dan bahasa Inggris akan tiba pada Oktober."Saya sangat menantikan untuk mendengar mereka membaca," kata Essad, pria berusia 60-an tahun.

"Harapan saya adalah situasi di Libya dapat tenang secepat mungkin sehingga para guru dapat benar-benar menjadi guru dan para murid dapat benar-benar menjadi murid, tidak terganggu oleh apa pun."

Sehari setelah gerilyawan merebut Tripoli pada 21 Agustus, beberapa ahli di Italia menyatakan kunci bagi masa depan cerah di Libya berada pada keberhasilan proses perujukan nasional, yang harus diluncurkan oleh rakyat Libya segera setelah konflik berakhir.

Namun itu lebih mudah diucapkan daripada dikerjakan. Sebabnya ialah pendukung kuat pemimpin Libya Muamar Qaddafi tak mau menyerah dengan mudah, sehingga mencuatkan kekhawatiran mereka akan terus bertempur sampai lama setelah sang kolonel yang tak disukai banyak kalangan tersebut pergi.

Libya sendiri telah diguncang kerusuhan sejak protes terhadap Qaddafi meletus pada Februari 2011. Pada 21 Februari, kota Benghazi di Libya timur dikuasai oleh kekuatan yang setia kepada NTC dan tak lagi berada di bawah kekuasaan Qaddafi.

NTC "sangat menyadari organisasi itu harus menyediakan keamanan" dan ketenangan secepatnya, serta menghindari terjadinya "de-Baathifikasi" Libya dan langkah keliru lain yang mematikan, yang muncul dari era awal pasca-Saddam Hussein di Irak.

sumber : antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement