REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK - Amerika Serikat dan sekutunya mengubah taktik dalam menghadapi proposal negara Palestina. Pada saat yang sama, para pejabat AS mengaku tidak bisa menghalangi Mahmoud Abbas melakukan upaya untuk mendapat persetujuan dari Dewan Keamanan PBB. Hak veto, adalah senjata pamungkas yang bakal digunakan. Sebelumnya, Obama akan melobi Abbas.
"Presiden memutuskan lakukan pembicaraan langsung, karena kami percaya bahwa langkah Abbas di PBB bukan sebuah cara untuk mewujudkan negara Palestina." kata Deputi Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, Ben Rhodes. Dia mencatat, Abbas telah menunjukkan niatnya untuk pergi ke Dewan Keamanan, namun Obama tahu kalau para pejabat di Gedung Putih tidak yakin hal itu akan berhasil. "Oleh sebab itu kami menentang upaya-upaya tersebut" imbuhnya.
Palestina menilai upayanya mendapatkan hak veto Dewan Keamanan PBB untuk menjadi anggota penuh mendekati keberhasilan. Mereka terus melobi anggota dewan keamanan agar mau menerima Palestina sebagai anggota penuh.
Menteri Luar Negeri Palestina, Riyad al-Maliki, menyatakan sembilan dari 15 negara anggota dewan keamanan sudah menyetujui. Hal ini mengakibatkan Amerika Serikat sebagai anggota dewan keamanan yang permanen terjebak pada posisi yang sulit. Selama ini, negeri Paman Sam terkenal sebagai sekutu dekat Israel. Demi tegaknya perdamaian antara Israel dan Palestina, Presiden Amerika Serikat, Barrck Obama, mencoba membuat terobosan baru dengan menganalisa dampak yang akan terjadi bagi perdamaian jika Palestina menjadi negara merdeka.
Rabu (21/9), Obama akan berunding dengan Presiden Palestina, Mahmud Abbas, dan PM Israel, Benjamin Netanyahu, untuk menghasilkan kesepakatan terbaik bagi perdamaian antara kedua negara. "Kami berharap Amerika mengikuti mayoritas anggota dewan keamanan untuk memihak kepada kami," ungkap Maliki.
Dia mengatakan Palestina berhak untuk merdeka seperti negara-negara lain di dunia. Pihaknya mengatakan hal itu harus dilakukan agar rakyat Palestina dapat hidup mandiri dan jauh dari tekanan Israel yang selama ini kerap memperluas area Kompleks Pemukiman Yahudi di Tepi Barat.