REPUBLIKA.CO.ID, NEW YORK--Presiden Prancis Nicolas Sarkozy mengusulkan agar Israel dan Palestina kembali ke meja perundingan dengan ide baru dan taktik yang lebih segar. Ia usul agar ada batas waktu perundingan setahun dari sekarang untuk mencapai kesepakatan.
Demikian pidato Sarkozy, yang ia sampaikan di hadapan Sidang Majelis Umum PBB, Rabu. Sarkozy berpidato usai Obama. Usul Sarkozy ini juga untuk mencegah agar Palestina meneruskan rencananya mencari pengakuan kedaulatan di forum PBB.
Apa yang Sarkozy sampaikan, tampak sekilas, lebih kompromistis ketimbang pidato Obama. Sarkozy juga mengajak kedua pihak, Palestina dan Israel, dengan tidak menekankan pada satu pihak saja.
"Mari kita hentikan perdebatan soal parameter ini dan itu. Ayo kita berunding lagi, mengadopsi jadwal perundingan yang lebih menguntungkan kedua pihak sekaligus ambisius," kata dia.
"Enam puluh tahun (berunding) tanpa maju satu sentimeter pun. Bukankah ini seharusnya menggambarkan bagaimana kita harus mengganti metode perundingan," tambah dia.
"Mari kita canangkan sebulan untuk membuat resume diskusi. Enam bulan untuk membuat keputusan soal perbatasan Israel dan Palestina serta keamanan, dan setahun berunding untuk mencapai kesepakatan yang definitif," ajak dia.
Seorang pejabat Uni Eropa mengatakan, apa yang disampaikan Sarkozy mirip dengan kebijakan yang akan disampaikan Menteri Luar Negeri Uni Eropa Catherine Ashton beberapa hari lalu.
Pejabat Otoritas Palestina yang hadir dalam Sidang Majelis Umum itu menyambut baik usul Sarkozy. Malah reaksi mereka lebih baik atas Sarkozy ketimbang pidato Obama. Yasser Abed Rabbo, staf senior Presiden Otoritas Palestina Mahmoud Abbas mengatakan akan mepelajari pidato Sarkozy lebih lanjut.