Kamis 22 Sep 2011 17:44 WIB

Paus Benediktus Lakukan Lawatan Tersulit, Kunjungi Jerman Kampung Halamannya

Demonstran membawa spanduk menentang kunjungan Paus Benediktus XVI ke Jerman, dalam sebuah unjuk rasa di Berlin, 21 September 2011
Foto: Reuters
Demonstran membawa spanduk menentang kunjungan Paus Benediktus XVI ke Jerman, dalam sebuah unjuk rasa di Berlin, 21 September 2011

REPUBLIKA.CO.ID, Paus Benediktus melakukan kunjungan tersulitnya, Kamis (22/9) yakni ke tanah kelahirannya, Jerman. Ia akan berkeliling di wilayah bekas komunis dengan sebagian besar penduduk memeluk Protestan dan atheis, setelah sebelumnya mengunjungi basis Katholik di Rhineland dan kampung halamannya, Bavaria.

Kerumitan agama dan politik di negara itu menghadirkan tantangan bagi paus berusia 84 thun yang asli Jerman namun secara radikal berjauhan dengan bagaimana negara itu dibangun, terutama sejak reunifikasi pada 1990.

Setiap kata yang ia lontarkan dalam kunjungan kenegaraan--terutama pidatonya di depan parlemen Berlin pada Kamis, atau dalam rapat di Erfurt dengan pemimpin Protestan dijadwalkan pada Jumat, akan segara ditimbang, dianalisa untuk dipuja atau dihantam dengan pendukung ataupun pengkritik.

Pendahulu Benediktus, John Paulus selalu bertemu dengan massa yang antusias di tanah airnya Polandia yang Katholik. Sementara sang paus dari Bavaria Katholik hanya bisa berharap sedikit dari para pemeluk Protesan di wilayah tua Prusia tersebut, itu belum termasuk generasi atheis yang dibesarkan di era Jerman Timur yang komunis.

Namun ia memilih masuk ke kandang singa, memberi sambutan pada hari pertama lawatannya di Bundestag (parlemen kamar rendah). Sekitar 100 deputi--hampir sepertujuh dari legislatur--berencana memboikot pidato tersebut dalam unjuk rasa.

Lalu pada hari kedua, ia akan bertemu parap pemimpin Protestan di lingkungan gereja Erfurt, di mana sang reformis Martin Luther hidup sebagai biarawan Katholik sebelum mengeluarkan 95 Thesis pada 1517 yang menginspirasi Reformasi dan membagi Kristianiti barat menjdi dua.

sumber : Reuters/msnbc
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement