REPUBLIKA.CO.ID,SYDNEY--Australia berencana untuk mengubah aturan visa bagi mahasiswa asing, tindakan yang disambut oleh penyelenggara pendidikan yang berharap rencana tersebut akan menenangkan dampak tingginya nilai dolar Australia. Rencana visa baru tersebut diumumkan pada Kamis (22/9), dan ditujukan bagi mahasiswa tingkat sarjana atau lebih tinggi, yang dibuat agar proses visa menjadi lebih cepat dan mudah.
Perubahan itu meliputi tindakan membolehkan mahasiswa yang bersekolah selama dua atau empat tahun bekerja setelah lulus dan Canberra juga berencana untuk mengurangi jumlah uang yang harus dipenuhi para mahasiswa di rekening banknya saat mendaftar, menjadi sekitar 36.000 dolar Australia (34.330 dolar AS).
Asosiasi Pendidikan Internasional Australia, badan profesional yang mendorong pendidikan internasional di negara itu, meminta perubahan tersebut segera diterapkan karena jumlah mahasiswa internasional mulai turun akibat tingginya nilai dolar Australia.
"Saya pikir kita masih menjadi tujuan yang menarik karena alasan apa pun juga, namun sulit untuk masuk ke sini," kata Presiden IEAA Stephen Connely. "Sekarang tampaknya lebih mudah bagi para pelajar untuk mendapatkan visa belajar."
Menurut aturan baru itu, Australia akan meniadakan keahlian minimal bahasa Inggris yang dibutuhkan oleh warga asing untuk mendaftarkan visa bagi mereka yang ingin belajar bahasa Inggris. Sektor pendidikan internasional Australia adalah industri ekspor terbesar ketiga negara itu, yang bernilai sekitar 18 miliar dolar Australia dengan lebih dari 300.000 pelajar asing terdaftar di institusi pendidikan negara itu.
Namun sektor tersebut dilaporkan mengalami penurunan sebanyak 10 persen pada periode 2010-2011, dengan Kanada dan Amerika Serikat mengambil lebih banyak pelajar China dan India karena publikasi yang buruk yang berasal dari serangkaian serangan. Perubahan aturan itu sangat mungkin diimplementasikan pada 2012-2013.