REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Presiden Palestina Mahmoud Abbas, yang berkuasa penuh di wilayah Tepi Barat atau Ramallah, begitu bersemangat memperjuangkan kemerdekaan Palestina sebagai negara berdaulat.
Namun kegigihan Abbas itu memunculkan perdebatan sengit dan tentangan dari kelompok Hamas, yang berkuasa penuh di Jalur Gaza. Bahkan pihak Hamas menentang keras rencana pendirian negara Palestina yang merdeka.
Kenapa Hamas menentang? Karena permintaan Mahmoud Abbas tersebut tidak diiringi dengan pembebasan sepenuhnya negara Palestina, dalam artian tanah yang telah dirampas Israel tidak direbut kembali. Bahkan dibiarkan agar tetap dikuasai kaum Zionis. Blokade di Jalur Gaza juga tidak disentuh sama sekali.
Permintaan Mahmoud Abbas untuk kemerdekaan Palestina hanya menguntungkan pihak-pihak tertentu saja. Lebih tepatnya, hanya menguntungkan pihak Fatah yang berkuasa penuh di Tepi Barat atau Ramallah.
Hari Jumat (23/9) lalu, sebagian warga Palestina di Ramallah merayakan kemerdekaan ini. Sedangkan di Jalur Gaza, kondisinya biasa-biasa saja. Bahkan tidak ada perayaan sama sekali. "Bagi warga Gaza, ini bukan kemerdekaan yang hakiki," kata Ketua MER-C Cabang Gaza, Abdillah Onim, yang merekam reaksi warga Gaza terkait permohonan pembentukan negara Palestina di PBB.
Menurut Dillah, televisi lokal di Palestina, khususnya di Jalur Gaza, tengah ramai memperbincangkan masalah ini. Bagi warga Gaza, kemerdekaan ini sama sekali tidak menguntungkan seluruh rakyat Palestina. "Hamas menyayangkan sikap Mahmoud Abbas karena tidak menuntut pengembalian tanah milik warga Palestina yang dirampas Israel," kata Dillah, Ahad (25/9).
Demikian pula dengan pengembalian para pengungsi ke kampung halaman mereka, sama sekali tidak disebutkan dalam permohonan kemerdekaan negara Palestina. "Pihak Hamas berkomitmen tidak akan membiarkan 78 persen tanah Palestina jatuh ke tangan Israel. Sedangkan warga Palestina, sebagai pemilik sah tanah tersebut, hanya memiliki 22 persen dari seluruh wilayah Palestina," jelas Dillah.
Mustafa Saffy, pengamat politik dan penulis di Gaza, menyatakan apa yang dilakukan oleh Mahmoud Abbas adalah sebuah kegagalan yang tidak bermanfaat untuk rakyat Palestina. "Karena jelas-jelas beliau menggadaikan dan menjual wilayah Palestina kepada negara penjajah, yaitu Israel. Bagi kami sudah harga mati, bahwa kami akan merebut kembali wilayah yang dirampas Zionis. Dan kami akan kembali ke tanah air yang menjadi hak milik kami," tegas Saffy.
Samy Az-Zahra, salah seorang petinggi Hamas, menegaskan masalahnya bukan pada kemerdekaan Palestina, tapi penggadaian tanah Palestina. "Kenapa sebagian besar tanah Palestina digadaikan ke pihak Israel? Rakyat Palestina menginginkan kemerdekaan yang hakiki. Kita lihat nanti, jika Mahmoud Abbas kembali ke Tepi Barat atau ke Ramallah, maka ia harus melalui dan melewati negara Israel yang diakuinya," kata Samy.