REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH - Keputusan bersejarah datang setelah Raja Abdullah, penguasa Saudi, mengakui bahwa sebuah studi sejarah Islam telah menunjukkan bahwa perempuan mampu berpikir rasional dan membuat keputusan. "Perempuan Muslim dalam sejarah Islam kita telah menunjukkan posisi yang menyatakan pendapat dan saran yang benar," katanya.
Raja juga mengumumkan bahwa perempuan akan diizinkan untuk berkiprah di Dewan Syura. Selama ini, perempuan hanya diberi keterwakilan simbolik di dewan.
"Karena kami menolak untuk meminggirkan perempuan dalam masyarakat di semua peran yang sesuai dengan Syariah, kami telah memutuskan, setelah musyawarah dengan para ulama senior kami dan beberapa pihak, untuk melibatkan perempuan dalam Dewan Syura sebagai anggota mulai dari semester depan," kata Raja. "Wanita akan dapat dijalankan sebagai kandidat untuk pemilihan kota dan bahkan akan memiliki hak untuk memilih."
Pengumuman tidak akan selalu memberikan perempuan 'kekuatan' untuk lebih banyak berperan di negara ini. Di Arab Saudi, pemilu hanya sampai di tingkat kota, dengan kekuasaan hampir secara eksklusif dibatasi hanya pada keluarga kerajaan.
Tapi keputusan untuk mengizinkan perempuan untuk memilih dalam pemilu dan kesempatan untuk menjadi kandidat anggota DPR kota merupakan gerakan menuju kesetaraan belum pernah terjadi sebelumnya di Arab Saudi.
Di Arab Saudi, perjuangan kaum perempuan akan kesetaraan hak bak 'menabrak tembok'. Perempuan ditolak untuk hal yang paling dasar dari kebebasan, seperti dilarang mengemudi atau meninggalkan negara tanpa wali laki-laki.
Aktivis perempuan di Arab Saudi memuji keputusan dan bersumpah untuk meningkatkan kampanye mereka untuk memperluas hak-hak perempuan dalam kerajaan. "Ini adalah berita besar," kata Waheja al-Huwaider, seorang penulis Saudi dan aktivis. "Suara perempuan akhirnya akan didengar."