REPUBLIKA.CO.ID,
RAMALLAH - Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengulangi lagi penolakannya untuk berbicara dengan Israel tanpa membekukan pembangunan permukiman. Ia menegaskan hal itu usai pengajuan proposal negara Palestina pada PBB, yang mendesak negosiasi dalam waktu satu bulan.
"Kami telah memastikan kepada semua, bahwa yang kita inginkan adalah mencapai hak-hak kami melalui cara-cara damai, melalui negosiasi - tapi tidak sembarang negosiasi," kata Abbas di depan ribuan warga Palestina yang menyambutnya di Ramallah.
"Kami tidak akan menerima (negosiasi) sampai legitimasi adalah fondasinya dan pembangunan permukiman yang mereka lakukan berhenti sepenuhnya," katanya, dua hari setelah menyerahkan aplikasi untuk negara Palestina dan berbicara di depan Majelis Umum PBB di New York.
Pembicaraan damai yang ditengai Amerika Serikat runtuh tahun lalu setelah Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menolak untuk memperpanjang moratorium terbatas 10 bulan untuk pembangunan permukiman di Tepi Barat yang didudukinya.
Palestina mengatakan permukiman dibangun di atas tanah yang direbut Israel dalam perang 1967. Sementara itu, Israel menyebut wilayah itu milik mereka berdasar sejarah, disebutnya dengan nama dalam bahasa Ibrani, Yudea, dan Samaria.
Netanyahu, yang juga berpidato di depan sidang PBB, mendesak Abbas untuk kembali ke pembicaraan damai.
Amerika Serikat, sekutu terdekat Israel, telah mengatakan akan memblokir keinginan palestina itu di Dewan Keamanan PBB.