Senin 26 Sep 2011 11:41 WIB

Tiba di Ramallah, Mahmoud Abbas Disambut Bak Pahlawan

Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengacungkan surat permohonan pengakuan negara Palestina ketika berpidato pada Sidang Majelis Umum PBB ke-66 di New York, Amerika Serikat, Jumat (23/9) lalu.
Foto: AP
Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengacungkan surat permohonan pengakuan negara Palestina ketika berpidato pada Sidang Majelis Umum PBB ke-66 di New York, Amerika Serikat, Jumat (23/9) lalu.

REPUBLIKA.CO.ID, RAMALLAH - Presiden Palestina, Mahmud Abbas, disambut hangat bak pahlawan di kota Tepi Barat Ramallah sekembali dari PBB. Ia dianggap telah menyampaikan pidato bersejarah dan mengajukan permintaan keanggotaan penuh negara Palestina di Keamanan PBB Dewan.

Ribuan penggemar Abbas, melambaikan bendera Palestina dan membawa gambarnya, berkumpul di jalan-jalan dan di luar markasnya di kota itu, menunggu kedatangannya. Mereka juga meneriakkan slogan-slogan mendukung Abbas, seperti "Rakyat ingin mendeklarasikan kemerdekaan."

Abbas terbang dari Amerika Serikat ke Yordania setelah dia berbicara di Majelis Umum PBB pada Jumat. Pidato itu disampaikan tak lama setelah ia bertemu dengan Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon, dan menyerahkan permohonan untuk keanggotaan penuh negara Palestina, untuk diserahkan kepada Dewan Keamanan.

Para diplomat internasional dan pejabat senior Palestina mengatakan, Dewan Keamanan akan memperdebatkan permohonan Palestina untuk untuk menjadi negara anggota penuh PBB pada Senin sore.

Namun, tidak jelas apakah dewan akan menerima permohonan itu--yang sangat ditentang oleh Amerika Serikat--untuk pemungutan suara. Sebelum kedatangan Abbas, Nabil Shaath, anggota komite pusat Partai Fatah Abbas mengatakan kepada wartawan, bahwa Palestina "tidak akan menyesal atau mundur terhadap permintaan mereka untuk menjadi negara anggota penuh."

Ia berharap bahwa sembilan dari 15 anggota Dewan Keamanan akan memilih mendukung permohonan tersebut. "Tidak seorang pun akan mampu memaksa kita untuk mundur atau menyesal dalam rangka menyelamatkan (Presiden AS) Barack Obama dan melindungi dirinya dari rasa malu.

"Dia lebih memilih untuk menyerah pada tekanan Lobi Zionis, tapi dia akan kehilangan dukungan dari seluruh kawasan Arab," kata Shaath. Dia menambahkan bahwa "Palestina tidak akan menyelamatkan Obama dengan biaya tujuan kita."

sumber : Antara/Xinhua-0ana
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement