Selasa 27 Sep 2011 20:31 WIB

Suku di Pakistan Serukan Perang Suci Lawan AS

REPUBLIKA.CO.ID, JAMRUD, PAKISTAN - Ratusan warga suku Pakistan pada Selasa (27/9) mengancam Amerika Serikat dengan perang suci saat negara adidaya itu menindak pejuang Haqqani di Waziristan Utara di perbatasan Afghanistan.

Dalam unjuk rasa oleh partai terbesar Pakistan, Jamaat-e-Islami, warga suku pegiat setempat partai itu, beberapa bersenjatakan Kalashnikov, berkumpul di kota Jamrud di daerah suku Khyber di sepanjang perbatasan Afghanistan.

Pengunjuk rasa itu kemudian berangkat dalam iringan ke Landikotal, kota di perbatasan tersebut, tempat pemimpin partai memberikan pidato akhir. Kerumunan ratusan orang itu meneriakkan semboyan, seperti, 'Mampus Amerika', 'Allahu Akbar' (Allah Maha Besar) dan 'Jihad' (perang suci), kata saksi.

Kegelisahan di Pakistan kian tumbuh seiring dengan tekanan Amerika Serikat untuk menindak jaringan pejuang Haqqani. Kelompok itu didirikan mantan binaan badan sandi Amerika Serikat CIA, yang berbalik menjadi sekutu Alqaidah, Jalaluddin Haqqani dan pemimpinnya bermarkas di Waziristan Utara.

Pada 1980-an, Jalaluddin dekat dengan CIA dan sandi Pakistan. Ia lalu bersekutu dengan Taliban setelah mereka berkuasa di Kabul pada 1996 dan menenangkan Afghanistan setelah kekacauan perang saudara.

Dalam kekuasaan Mullah Omar, ia menjabat menteri urusan suku dan wilayah perbatasan, tapal batas Afghanistan timur dengan Pakistan. Sebagai pejuang anti-Soviet, Pakistan menampungnya dan ia dibolehkan tinggal di daerah suku Waziristan Utara.

Sebagai anggota pemerintahan Taliban, ia berkunjung ke Islamabad pada 2001. Ketika pasukan Amerika Serikat menyerbu Afghanistan setelah serangan 11 September, Haqqani berpaling ke kawan lama dan berlindung di Waziristan Utara, menjadi salah satu panglima pertama anti-Amerika Serikat di daerah tanpa hukum di perbatasan Pakistan.

Haqqani memiliki pangkalan pelatihan di Afghanistan timur, dekat dengan Alqaidah dan setia kepada Mullah Omar, 

memanfaatkan hubungan dengan kelompok pejuang untuk menyasar tentara Amerika Serikat di Afghanistan timur, tenggara dan ibukota Kabul.

Jaringan itu secara ketentaraan paling mampu dan paling berbahaya dari unsur Taliban, bergerak mandiri, tapi secara politik patuh dan akan ditinggalkan oleh kesepakatan perdamaian, yang dirundingkan kepemimpinan Taliban.

Dalam serangkaian peningkatan perselisihan, Washington menuduh Haqqani, dengan keterlibatan Badan Antar-Sandi Pakistan, pada September yang ketika itu menyerang kedutaan besarnya di Kabul dan pangkalan badan pertahanan Atlantik utara NATO di Afghanistan tengah.

Pakistan menyatakan tidak akan tunduk pada tuntutan Amerika Serikat untuk menindak dan menyangkal mendukung serangan jaringan itu. Meskipun tidak ada perkiraan Amerika Serikat mempertimbangkan serangan darat, Pakistan mengkhawatirkan tindakan dari pasukan darat Amerika Serikat.

"Amerika Serikat gagal di Afghanistan. Apakah mereka membutuhkan kuburan lagi di daerah suku Pakistan?" kata Qazi Hussain Ahmed, pemimpin terkemuka JI, pada pertemuan itu, seraya menyerukan kepada pemerintah untuk mengakhiri persekutuan dengan Amerika Serikat.

"Daerah suku Pakistan akan membuktikan kuburan besar orang Amerika Serikat jika mereka menyerang daerah ini," tambahnya.

Persekutuan Pakistan dengan Amerika Serikat dalam 10 tahun perang di Afghanistan dan melawan Alqaidah mencapai titik terendah pada tahun ini di tengah serangan sepihak Amerika Serikat, yang menewaskan Usamah bin Ladin di dekat Islamabad pada 2 Mei.

Pakistan memiliki sekitar 140.000 tentara di sepanjang wilayah baratlautnya, yang berbatasan dengan Afghanistan, dan menyatakan lebih dari 3.000 tentara tewas sejak 2001. Lebih dari 2.735 tentara Barat tewas di Afghanistan.

sumber : Antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement