REPUBLIKA.CO.ID, JERUSALEM - Alih-alih mengindahkan omongan Presiden Palestina Mahmoud Abbas yang menyebut tak bakal berunding dengan Israel jika masih melakukan pembangunan permukiman, Israel malah melakukan aksi sebaliknya. Pemerintah pimpinan Perdana Menteri Benyamin Netanyahu kemarin meneken persetujuan pembangunan 1.100 unit rumah baru di Jerusalem Barat.
Kementerian Dalam Negeri menyatakan pembangunan permukiman akan dilakukan di Gilo, Jerusalem. Konstruksi akan segera dilakukan setelah periode 60 hari pembekuan pembangunan permukiman berakhir.
Jerusalem Timur disebut-sebut bakal menjadi ibu kota Palestina di masa mendatang.
Amerika Serikat, Uni Eropa, dan PBB menyayangkan putusan PBB ini. Di Washington, Menlu Hillary Clinton menyatakan apa yang dilakukan Israel kontraproduktif bagi upaya perundingan kembali dua negara. Ia menyatakan, baik Israel maupun Palestina seharusnya tak saling melakukan aksi provokasi.
Richard Miron, juru bicara utusan PBB untuk perdamaian Timur Tengah, Robert Serry, menyatakan apa yang dilakukan Israel sebagai "sinyal salah pada saat kondisi tengah sensitif".