Kamis 06 Oct 2011 14:56 WIB

Khamenei: Bangsa Palestina Dibantai dalam Kesunyian

Pemimpin Spiritual Republik Islam Iran, Ayatullah Sayyed Ali Khamenei.
Foto: AP
Pemimpin Spiritual Republik Islam Iran, Ayatullah Sayyed Ali Khamenei.

REPUBLIKA.CO.ID, TEHERAN – Pemimpin Spiritual Republik Islam Iran, Ayatullah Sayyed Ali Khamenei, menyatakan di antara masalah-masalah penting yang perlu dibahas oleh para tokoh agama dan politik di seluruh dunia adalah masalah Palestina.

"Isu Palestina merupakan isu terpenting yang perlu mendapatkan perhatian di seluruh dunia Islam," kata Khamenei dalam pidatonya pada "Konferensi Internasional Palestina" yang diselenggarakan pada tanggal 1-2 Oktober 2011, lalu.

Menurut Khamenei, isu Palestina memiliki sejumlah karakteristik yang khusus. Pertama, negeri Muslim itu dirampas dari pemiliknya yang sah, lalu diserahkan kepada orang-orang asing yang dikumpulkan dari berbagai negara, dan membentuk negara palsu.

Kedua, lanjut Khamenei, peristiwa seperti ini tak pernah terjadi sebelumnya dalam sejarah manusia. Di mana pembantaian, kejahatan, ketidakadilan, dan penghinaan terus dilakukan terus tanpa henti.

"Ketiga, kiblat pertama umat Islam yang terletak di negeri ini, dan pusat-pusat keagamaannya yang dihormati terancam pembongkaran, penistaan dan penghinaan," paparnya.

Karakteristik keempat, kata Khamenei, di tempat yang paling sensitif bagi dunia Islam ini, pemerintah dan masyarakat palsu (Israel) memainkan peran militer, keamanan, dan politik sebagai asas arogansi negara sejak pembentukannya hingga hari ini. "Dan poros kolonialis Barat ini—yang menentang perkembangan, kesatuan dan kemajuan negara-negara Islam dengan berbagai alasan—digunakan sebagai belati untuk menusuk jantung umat Islam," tegasnya.

Kelima, papar Khamenei, Zionisme—yang merupakan ancaman moral, politik dan ekonomi bagi kemanusiaan—menggunakan pijakan ini sebagai alat dan batu loncatan untuk menyebarkan pengaruh dan hegemoninya di dunia.

Ia mengatakan, dan poin lain yang bisa ditambahkan adalah mahalnya ongkos finansial dan kemanusiaan yang dibayarkan oleh negara-negara Islam. Di antaranya pendudukan negara dan bangsa Muslim, penderitaan jutaan rakyat Palestina di kamp-kamp pengungsian selama lebih enam dekade, dan diakhirinya sejarah penting peradaban di pusat dunia Islam.

Khamenei menegaskan, lebih dari enam dekade telah berlalu sejak tragedi pahit penjajahan Palestina. Penyebab utama tragedi berdarah ini tak lain adalah perbuatan pemerintah Inggris. "Kebijakan politik, persenjataan militer, dan kekuatan ekonomi Inggris dan negara-negara Barat, turut berperan dalam penindasan bangsa Palestina," urainya.

Menurut Khamenei, di bawah tekanan kaum penjajah yang kejam nan bengis, bangsa Palestina yang tak berdaya dibantai dan diusir paksa dari rumah-rumah mereka. "Hingga hari ini, potret tragedi yang menimpa rakyat Palestina, tak sampai satu persen yang diungkap media. Para pemilik media—yang mayoritas Barat—tak ingin tragedi ini terungkap. Bangsa Palestina dibantai dalam kesunyian," tegasnya.

Khamenei mengatakan, solusi yang ditawarkan Republik Islam Iran terhadap masalah Palestina adalah proposal yang jelas dan logis, berdasarkan kebijakan-kebijakan politik yang dapat diterima oleh publik global. "Kami tidak mengusulkan perang klasik dengan mengajak tentara negara-negara Islam. Juga tidak mengusulkan untuk melemparkan imigran Yahudi ke laut atau mengintervensi PBB dan organisasi internasional lainnya," ujarnya.

"Kami mengusulkan referendum di kalangan rakyat Palestina. Seperti bangsa lainnya, bangsa Palestina memiliki hak untuk menentukan nasibnya sendiri dan memilih pemerintahannya sendiri," tegasnya.

Semua orang Palestina asli—termasuk Muslim, Kristen, Yahudi dan bukan imigran—harus mengambil bagian dalam referendum tersebut untuk menentukan masa depan Palestina. Pemerintah yang dibentuk setelah referendum akan menentukan nasib imigran Palestina yang bermigrasi ke Palestina di masa lalu.

"Ini merupakan proposal yang adil dan logis, yang dapat dipahami publik global. Dan hendaknya mendapat dukungan dari negara-negara dan pemerintahan independen," tandas Khamenei.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement