Kamis 06 Oct 2011 19:37 WIB

Iran dan Suriah Diancam Sanksi Baru oleh Uni Eropa

Rep: Dyah Ratna Meta Novi/ Red: Ajeng Ritzki Pitakasari

REPUBLIKA.CO.ID, BRUSSEL--Uni Eropa berencana memberikan sanksi baru kepada Iran dan Suriah, sanksi tersebut termasuk memasukkan Bank Sentral Suriah ke dalam daftar hitam. Sementara itu, pembekuan aset dan pelarangan pemberian visa bagi warga Iran secara individual juga akan diberlakukan.

Keputusan untuk memberlakukan sanksi terhadap Bank Sentral Suriah sudah dibicarakan. Hal itu juga akan disampaikan ke komite urusan luar negeri Uni Eropa. Rencana pemberian sanksi tersebut disampaikan oleh salah seorang pegawai di Uni Eropa pada Senin, (3/10). 

Prosedur pemberlakuan sanksi akan dilanjutkan kemudian. Kemungkinan cara pemberlakukan sanksi akan dilakukan seminggu kemudian.

Dewan Urusan Luar Negeri Uni Eropa, ujar pegawai Uni Eropa, juga akan menambahkan 29 orang Iran yang asetnya akan dibekukan dan visanya tidak diberlakukan karena dianggap melakukan pelanggaran terhadap Hak Asasi Manusia. Uni Eropa semakin khawatir dengan pemberlakuan hukuman mati di Iran.

Pemerintah negara-negara Eropa mendorong agar memberikan tekanan secara ekonomi terhadap Presiden Suriah  Bashar Assad agar segera mengakhiri kekerasan terhadap warga Suriah  yang demo anti pemerintah. Uni Eropa ingin memblokir akses ekonomi pemerintahan Assad.

Pada Selasa (4/10), negara-negara  Barat  yang menyusun resolusi PBB untuk memberikan sanski kepada Suriah dibatalkan oleh Rusia dan  Cina dengan vetonya. Sementara itu,  Turki pada Rabu,(5/10) akan memberlakukan sanksinya sendiri terhadap Suriah.

Bulan lalu, Uni Eropa melarang perusahaan-perusahaan Eropa untukmelakukan investasi baru dalam bidang usaha perminyakan Suriah. Mereka juga melarang pengiriman uang kertas dan uang koin Suriah yang dibuat di Uni Eropa.

Sebelumnya, Uni Eropa memberhentikan impor minyak mentah dari Suriah. Selain itu juga membekukan sejumlah  aset dan perusahaan Suriah. Mereka juga memberlakukan larangan terhadap warganya melakukan perjalanan ke Suriah karena di negara tersebut sedang banyak demo dan kerusuhan.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement