REPUBLIKA.CO.ID, OSLO - Presiden Amerika Serikat Barack Obama 'disentil' mantan presiden AS Jimmy Carter. Menurutnya, sebagai peraih Nobel Perdamaian, ia bisa melakukan hal lebih untuk membantu Palestina mewujudkan keinginannya menjadi sebuah negara melalui Sidang Umum PBB. Selain itu, ia juga harus kembali aktif memfasilitasi perdamaian Palestina-Israel.
"Amerika Serikat akan memveto setiap bergerak di Dewan Keamanan jika mereka mendapatkan suara di sana, yang saya pikir adalah suatu kesalahan. Tapi itu hak istimewa presiden untuk memutuskan," katanya saat kunjungan singkat ke Oslo untuk bertemu diplomat Norwegia.
Carter menegaskan kembali dukungannya pada Palestina untuk mendapat pengakuan kenegaraan di PBB. Dia berharap mereka akan mengamankan dukungan di Majelis Umum PBB untuk setidaknya meningkatkan status mereka dalam organisasi itu. Namun, ia mengatakan hak veto AS di Dewan Keamanan akan memblokir keanggotaan penuh.
Pada Reuters, Carter menyatakan ia berharap banyak pada presiden dari Partai Demokrat itu agar menepati janji untuk mempromosikan hak asasi manusia, perdamaian Timur Tengah dan isu-isu lainnya. "Saya berharap dia akan memenuhi janji-janji yang dibuat pada saat ia mendapat hadiah Nobel Perdamaian," kata Carter dalam sebuah wawancara ketika ditanya apa Obama telah lakukan, hingga pada tahun 2009 i diganjar Nobel Perdamaian.
"Itu diberikan terutama karena dari beberapa komitmen yang dia dibuat secara lisan, pidato dan sebagainya tentang mengambil peran kepemimpinan dan berurusan dengan pemanasan global dan berurusan dengan masalah imigrasi, meningkatkan hak asasi manusia, mempromosikan perdamaian di Timur Tengah," Carter, pemenang penghargaan yang sama pada tahun 2002.
"Saya berharap bahwa beberapa dari janji-janjinya akan terwujud," katanya, menambahkan bahwa ia percaya Obama akan mengatasi peringkat jajak pendapat yang terus melemah menjelang pencalonan kembali dirinya menjadi presiden AS.
Carter, 86 tahun, giat bekerja untuk menyelesaikan konflik dan mempromosikan demokrasi sejak tak menjabat lagi sebagai presiden 30 tahun yang lalu. Ia terkenal kritis terhadap AS - dan Israel - serta giat mempromosikan perdamaian di Timur Tengah.