Selasa 11 Oct 2011 06:47 WIB

Krisis Uni Eropa dan Kebuntuan AS akan Picu Resesi Dunia?

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Kegagalan oleh politisi AS untuk menjembatani perpecahan mereka tentang pemotongan defisit dan berlanjutnya sandungan oleh para pemimpin Eropa bisa memaksa AS ke dalam resesi selama 12 bulan ke depan, Moody's Analytics mengatakan Senin.

Mark Zandi kepala ekonom di kelompok riset ekonomi swasta itu mengatakan bahwa perekonomian akan tumbuh pada laju tahunan 2,0 persen dalam paruh kedua 2011, naik menjadi 2,5 persen tahun depan, hanya jika politisi tidak memangkas pengeluaran, yang selanjutnya akan memukul pertumbuhan. "Ekonomi AS tumbuh, tapi pada kecepatan yang lambat sehingga rentan terhadap penurunan baru kalau ada sesuatu yang tidak beres," kata Zandi.

"Bagaimanapun, prospek ini tetap lemah, dengan 40 persen kemungkinan bahwa AS akan melihat resesi selama enam sampai 12 bulan ke depan. "Ada tiga ancaman utama untuk pemulihan ekonomi: krisis utang Eropa, krisis penyitaan AS, dan meluasnya keretakan antara Kongres dan pemerintah tentang kebijakan fiskal."

"Dalam pandangan dasar kami, AS akan menghindari resesi hanya karena kita perkirakan pembuat kebijakan bertindak dalam beberapa bulan mendatang."

Isu-isu utama adalah apakah kedua belah pihak datang bersama-sama untuk meloloskan rencana defisit anggaran jangka panjang yang tidak memangkas pengeluaran dalam jangka pendek, dan apakah mereka setuju untuk memperpanjang program pengurangan pajak gaji yang memberikan lebih banyak uang bagi pekerja AS untuk dibelanjakan.

Tetapi ia juga memperingatkan bahwa kelambanan oleh para pembuat kebijakan di Eropa, yang Moody's hakimi sudah dalam resesi, dapat meluas serta melintasi Atlantik memperlambat pertumbuhan ekonomi AS juga. Zandi memperingatkan bahwa sekalipun AS diproyeksikan tumbuh, tingkat pengangguran 9,1 persen tidak akan bergerak banyak selama tahun depan.

Dia juga memperkirakan bahwa harga perumahan akan turun dalam jangka pendek ketika bank-bank menyelesaikan tuntutan hukum besar-besaran dari negara atas kebijakan hipotek dan penyitaan dan dapat memulai kembali penyitaan pada pinjaman rumah yang gagal.

sumber : antara
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement