REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Gerakan perlawanan Lebanon, Hizbullah, menuduh Amerika Serikat mendalangi gelombang baru kekerasan sektarian di Mesir.
Kekerasan meletus di Kairo pada Minggu pada saat sekitar 10.000 warga Kristen Koptik berkumpul di luar gedung televisi pemerintah Mesir, untuk memprotes perusakan sebuah gereja di Mesir selatan.
Bentrokan pecah ketika para demonstran mulai melemparkan batu dan bom bensin ke arah polisi dan membakar mobil mereka, kata saksi.
Hizbullah mengatakan dalam satu pernyataan, bahwa bentrokan itu bagian dari proyek Amerika untuk membagi Timur Tengah berdasarkan perbedaan agama dan ras.
Gerakan Lebanon itu menyerukan Mesir untuk waspada dan berusaha untuk menyelesaikan masalah mereka melalui perundingan.
Jumlah korban tewas dalam bentrokan itu telah meningkat menjadi 36, dengan lebih dari 320 orang dilaporkan terluka, kata Saluran TV Al-Arabiya pada Senin mengutip Kementerian Kesehatan negara itu.
Diskriminasi terhadap Koptik, yang terdiri sekitar 10 persen dari penduduk Mesir, telah didorong oleh pemerintah mantan presiden Hosni Mubarak, menurut laporan Departemen Luar Negeri AS tentang kebebasan beragama yang diterbitkan tahun lalu.
Beberapa orang Kristen mengatakan kebijakan itu terus di bawah dewan militer yang mengambil alih kekuasaan setelah Mubarak digulingkan pada Februari.