Kamis 13 Oct 2011 13:18 WIB

Soal Rencana Serangan Iran, Presiden Obama Telepon Raja Abdullah

Barack Obama
Foto: telegraph.co.uk
Barack Obama

REPUBLIKA.CO.ID, WASHINGTON - Presiden AS Barack Obama Rabu menghubungi Raja Saudi Abdullah untuk membahas apa yang disebut pihak berwenang AS menggagalkan rencana oleh unsur-unsur pemerintah Iran untuk membunuh utusan Saudi di Washington.

Gedung Putih mengatakan, kedua pemimpin mengecam "pelanggaran mencolok" dari norma-norma internasional dan sepakat untuk mengejar "suatu respon internasional yang kuat dan bersatu untuk menahan orang-orang yang bertanggung jawab atas tindakan mereka."

"Presiden Obama berbicara dengan Raja Abdullah dari Arab Saudi hari ini mengenai keberhasilan menggagalkan konspirasi Iran yang dimaksudkan untuk membunuh Duta Besar Arab Saudi di Washington, DC," kata pernyataan Gedung Putih.

"Presiden dan raja sepakat bahwa plot ini merupakan suatu pelanggaran norma-norma dasar internasional mendasar, etika, dan hukum secara mencolok. Presiden dan raja menegaskan kembali kemitraan yang kuat antara Amerika Serikat dan Arab Saudi," tuturnya.

Sebelumnya, Amerika Serikat mendesak dunia untuk mengambil tindakan kolektif terhadap Iran dengan Menteri Luar Negeri Hillary Clinton memberi label dugaan plot oleh Al Quds yang memaksa anggotanya untuk membunuh duta besar Saudi yang dinilai "sangat berbahaya."

Namun Iran mengatakan, bahwa ide bersekongkol untuk membunuh Duta Besar Adel al-Jubeir itu adalah bohong dan menuduh Amerika Serikat melakukan tuduhan palsu untuk mengalihkan perhatian dari kesengsaraan ekonomi domestiknya.

Pada awal tahun ini, di tengah kegelisahan Saudi atas berakhirnya sikap dukungan pemerintah Obama kepada demonstrasi-demonstrasi Arab musim semi, hubungan antara Riyadh dan Washington memburuk.

Namun penasihat keamanan nasional AS, Tom Donilon, mengatakan pada September bahwa meskipun terdapat perselisihan dalam hal revolusi Arab, hubungan kembali dalam kondisi baik dan kedua pihak tampak merapatkan barisan menyusul penemuan dugaan plot itu.

sumber : Antara/AFP/Reuters
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement