REPUBLIKA.CO.ID, MONTREAL - Seorang pria berusia 56 tahun asal Kanada yang meninggalkan rumah setelah bisnisnya bangkrut berkeliling dunia dengan berjalan kaki selama 11 tahun. Dia kemudian berkata di hadapan para pendukungnya, Ahad (17/10), bahwa kini target barunya adalah mempromosikan perdamaian.
Jean Beliveau -- yang disambut bak pahlawan oleh anggota keluarga, anggota parlemen, dan para pendukungnya di kampung halamannya, Montreal -- mengatakan bahwa misi yang sebenarnya adalah untuk melobi pemerintah Kanada dan negara lain agar membentuk Kementerian Perdamaian.
"Kita semua berbeda dan itulah yang indah dari hidup di Bumi ini -- perbedaan warna kulit, keyakinan, dan sistem politik," katanya. "Semuanya merupakan not musik ... kita harus menciptakan harmoni dari perbedaan not itu guna membentuk keselarasan," kata Beliveau yang berbicara di depan kerumunan massa dengan penuh emosi.
Beliveau meninggalkan Montreal saat hari ulang tahunnya yang ke-45 pada 18 Agustus 2000, setelah bisnis kecilnya bangkrut. Ia kemudian memutuskan untuk berlari keliling dunia guna memupus rasa kecewa yang mendalam.
Pria Kanada itu berlari melintasi Atlanta dan Georgia, sebelum akhirnya melambatkan langkahnya untuk mencatatkan rekor jalan kaki terpanjang keliling dunia dengan jarak 75.000 kilometer yang melewati 64 negara.
Selama 11 tahun, ia melintasi gurun dan pegunungan. Ia juga sempat jatuh cinta selama sembilan hari di Meksiko, memakai turban dan memanjangkan jenggot ketika berada di Sudan, memakan ular di China, serta dikawal oleh tentara bersenjata di Filipina.
Sekembalinya dari perjalanan pada Minggu, Beliveau akhirnya bertemu kembali dengan ibunya, yang tidak pernah dijumpainya selama 11 tahun berada di jalan. Sang ibu memeluk Beliveau dengan erat.
Kekasihnya Luce Archambault, yang memberikan dukungan finansial dan emosional selama Beliveau melakukan perjalanan itu, turut menyambutnya dalam pesta perayaan bersama kedua anak dari pernikahan Beliveau yang sebelumnya.
Lebih dari 100 pendukung turut berjalan bersama Beliveau dalam beberapa kilometer terakhir yang ditempuhnya di sepanjang jalanan kota Montreal. Beliveau mengatakan konsep 'Kementerian Perdamaian' yang diusungnya diharapkan mampu membentuk sebuah tim yang akan mengajarkan perdamaian kepada para siswa, seperti yang dilakukan Korps Perdamaian Kanada saat ini.
Ide tersebut didukung oleh lembaga Masyarakat untuk Promosi Kementerian Perdamaian. "Kita mungkin tidak akan pernah merasakan perdamaian, namun jika kita mengambil sebuah langkah ke depan, kemudian melangkah sekali lagi, saya rasa kita bisa menciptakan dunia yang lebih baik secara bersama," kata Beliveau.
Archambault, yang setahun sekali terbang untuk mengunjungi Beliveau supaya mereka bisa merayakan Natal bersama, bulan lalu mengatakan bahwa "Saya adalah Penelope-nya, dan dia sang Ulysses."