Rabu 19 Oct 2011 19:40 WIB

Pembebasan Tahanan Palestina Dibanjiri Air Mata

Acara penyambutan tahanan Palestina yang ditukar dengan serdadu Israel, Gilad Shalit, di Lapangan Hijau Katiba, Kota Gaza, Palestina.
Foto: Dok MER-C Cabang Gaza
Acara penyambutan tahanan Palestina yang ditukar dengan serdadu Israel, Gilad Shalit, di Lapangan Hijau Katiba, Kota Gaza, Palestina.

REPUBLIKA.CO.ID, GAZA – Hari Selasa (18/10) lalu menjadi hari yang bersejarah bagi rakyat Palestina, khususnya di Jalur Gaza.

Bertempat di Lapangan Hijau Katiba, Kota Gaza, diadakan acara penjemputan 1.027 tahanan Palestina yang ditukar dengan seorang tahanan Israel, yaitu Gilad Shalit. Serdadu Israel ini disandera oleh pejuang Palestina lima tahun silam.

Tercatat sepanjang sejarah Palestina, baru kali ini—di tahun 2011—terjadi pertukaran tahanan antara 1.027 orang dengan satu orang, yang terjadi di Jalur Gaza.

Relawan MER-C Cabang Gaza, Palestina, mendapat kesempatan untuk hadir dalam acara bersejarah ini. Para relawan ini dikawal oleh pengawal yang disediakan khusus oleh pemerintah Palestina. "Alhamdulillah, tempat duduk kami disiapkan paling depan, sejajar dengan para pejabat Palestina," tutur Ketua MER-C Cabang Gaza, Abdillah Onim.

Pertukaran tahanan terbesar sepanjang sejarah ini dibagi menjadi dua gelombang. Gelombang pertama berjumlah 477 orang, dan sisanya akan menyusul sebulan kemudian. Hal ini sesuai perjanjian antara pemerintah Israel dan pemerintah Palestina di Jalur Gaza.

Bertindak selaku koordinator dalam acara ini adalah pemerintahan Hamas. Namun, seluruh warga, termasuk kubu Fatah, sangat antusias menghadirinya. Bahkan sebagian hadirin tak kuasa menahan haru, air mata mengalir deras di pipi mereka.

Para konvoi tahanan keluar dari penjara Israel melalui pintu perbatasan Israel-Mesir, untuk seterusnya masuk ke Kota Gaza melalui pintu perbatasan Palestina-Mesir di gerbang Rafah.

Dalam acara penjemputan ini, relawan MER-C merupakan satu-satunya perwakilan dari Indonesia. Mereka diberi kesempatan untuk naik ke atas panggung dan menyampaikan sambutan di hadapan 100.000 lebih rakyat Palestina yang bercampur dengan keluarga para tahanan. Bendera Merah Putih tampak berkibar dengan gagah di atas panggung tersebut.

Ustadz Abdurahman Kartono Kaman, salah seorang relawan MER-C, naik ke atas mimbar, diiringi oleh Ir Wahiddien, Muhammad Husein dan Ustadz Darusman. Ketika nama Indonesia disebut, gema takbir berkumandang, seakan memecah Lapangan Katiba. Segenap hadirin meneriakkan yel-yel "Indonesia dan Palestina menyambut para tahanan. Indonesia dan Palestina menyambut para tahanan".

Dalam sambutannya, Ustad Abdurahman menyampaikan selamat datang kepada para tahanan yang dibebaskan. "Kami mewakili rakyat Indonesia yang berkesempatan hadir dalam acara ini, mengucapkan salam dari rakyat Indonesia. Ingat wahai rakyat Palestina, bahwa 200 juta Muslim Indonesia bersama kalian untuk membebaskan Masjid Al-Aqsha," kata Abdurrahman yang disambut pekik takbir para hadirin.

Selama acara berlangsung, pesawat-pesawat tempur Israel terbang rendah dan mengelilingi Kota Gaza. Namun, warga tak terlalu menghiraukannya.

Abdillah menuturkan, ada salah seorang keluarga tahanan Palestina yang hadir dalam acara ini walau keluarganya belum dibebaskan Israel. "Ia (tahanan itu) telah mendekam di penjara Israel sejak 13 tahun lalu. Terkurung dalam sel berukuran 1 x 2 meter. Selama 13 tahun pula ia tidak pernah melihat matahari," katanya mengutip cerita kerabat tahanan tersebut.

Para tahanan yang ditukar tersebut rata-rata telah mendekam di penjara Israel dari 5 hingga 35 tahun. "Bahkan ada seorang tahanan yang masuk bui di waktu muda. Begitu keluar, ia sudah berusia 82 tahun," kata Abdillah.

Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement