REPUBLIKA.CO.ID,ZAMBOANGA - Sebanyak delapan tentara dan polisi Filipina tewas sehingga menjadikan jumlah kematian anggota pasukan keamanan akibat gelombang kekerasan selama sepekan ini mencapai 27 orang. Atas insiden tersebut, pemerintah melemparkan tudingan kepada gerilyawan Muslim yang mesti bertanggung jawab.
Pemerintah menyebut pemberontak Front Pembebasan Islam Moro (MILF) menyerang dua konvoi tentara di Mindanao pada Kamis (20/10) malam. Gerilyawan juga menyerang satu patroli gabungan polisi-militer di pulau yang dilanda perselisihan tersebut.
Empat tentara tewas dan enam lainnya luka-luka dalam penyergapan pertama. ''Sementara, satu tentara lainnya hilang,'' kata komandan brigade Filipina, Kolonel Santiago Baluyot.
Dua jam berselang, serangan MILF kembali terjadi. Serangan terhadap truk militer tersebut membuat seorang tentara terluka. Empat polisi tewas dalam penyergapan ketiga yang berlangsung tak lama kemudian.
"Kami dalam situasi waspada tinggi. Ada satu operasi untuk melacak terjadinya pemberontak yang bertanggung jawab atas terjadinya serangan," kata Baluyot.
Serangan-serangan itu terjadi selama rentang empat jam di radius satu 60 kilometer (36 mil) di daerah pulau yang telah terganggu oleh puluhan tahun pemberontakan Muslim. Serangan-serangan itu terjadi dua hari setelah pasukan MILF menewaskan 19 tentara di selatan pulau Basilan.
MILF mengatakan bahwa lima pejuangnya tewas dalam bentrokan itu. Juru bicara MILF, Von Al Haq, mengatakan kepada AFP bahwa pemberontak melakukan tiga serangan pada Kamis malam. Namun, mereka menegaskan serangan itu sebagai pembalasan atas serangan militer.