REPUBLIKA.CO.ID, RIYADH – Arab Saudi berencana menerbitkan kembali sukuk pada 2012 setelah sebelumnya dibatasi akibat kekhawatiran terhadap krisis global.
Menteri Keuangan Arab Saudi, Ibrahim Al-Assaf, mengatakan pihaknya tidak akan mengalokasikan cadangan dana tahun ini untuk membiayai anggaran belanja. Namun, pemerintah akan mempertimbangkan penerbitan sukuk atau obligasi konvensional untuk membantu mendanai proyek-proyek tertentu.
Menurut dia, tingginya harga minyak akan membantu mengisi kas negara. “Kami memiliki pengeluaran yang lebih tinggi dari rencana, tapi pendapatan juga lebih tinggi dari proyeksi sebelumnya," kata Ibrahim seperti dikutip Reuters, Kamis (27/10).
Kepala Peneliti di Jadwa Investment, Paul Gamble, mengatakan pendapatan dari tingginya harga minyak harus selalu di atas anggaran pengeluaran tahun ini. Dengan begitu, anggaran pemerintah tahun ini akan surplus.
“Kita memproyeksikan surplus mencapai 226 miliar real Saudi (SR) tahun ini, atau senilai 11,2 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB). Karena itu, pemerintah tidak butuh lagi menarik devisa atau menerbitkan surat utang," ujarnya.
Dia menambahkan, penerbitan surat utang sebenarnya akan menjadi strategi yang membantu. Hal itu akan memperluas sumber dana pemerintah untuk pembiayaan proyek, menciptakan patokan bagi penerbit surat utang dari sector swasta, dan menciptakan peluang bagi investor. “Proyek pendanaan bersama sekarang ini semakin tidak menarik bagi bank dibandingkan surat utang," kata Paul.
Pemerintah Arab Saudi memiliki utang dalam jumlah kecil. International Monetary Fund (IMF) memperkirakan hutang sektor swasta akan turun 7,1 persen dari PDB. Jadwa Investmen memperkirakan Arab Saudi dapat mengalami defisit 10 persen dari PDB untuk dekade ke depan tanpa mengeluarkan utang apa pun.