REPUBLIKA.CO.ID,NIAMEY - Niger, negara Afrika Barat tempat yang mungkin akan dikunjungi Saif al-Islam Qaddafi, menghadapi resiko kemarahan warga Tuareg di bagian utara negeri itu. Ini jika pemerintah di Niamey menyerahkan putra mendiang pemimpin Libya Moammar Qaddafi tersebut ke Mahkamah Pidana Internasional (ICC).
Tetangga di sebelah selatan Libya itu telah berikrar akan menghormati komitmennya kepada ICC. Tapi, mereka tahu bahwa hal tersebut dapat memicu kerusuhan di daerah Sahara. Daerah tersebut menjadi tempat serangkaian aksi perlawanan terhadap pemerintah di ibu kota yang diasuh oleh Moammar Qaddafi. Oleh banyak orang di gurun tersebut, Qaddafi dihormati sebagai pahlawan.
ICC, yang berpusat di Den Haag, menyatakan putra Qaddafi yang berusia 39 tahun --Saif al-Islam Qaddafi-- mengadakan kontak melalui perantara mengenai penyerahan dirinya untuk diadili. Tapi, pengadilan itu juga memiliki keterangan bahwa tentara bayaran sedang berusaha membawa Saif ke satu negara Afrika yang bersahabat. Saif tampaknya khawatir tertangkap oleh pasukan pemerintah sementara Libya yang telah membunuh ayahnya lebih dari satu pekan lalu.
Saif sangat mungkin sudah berada di wilayah pegunungan di perbatasan Niger dengan Aljazair dan Mali. Seorang pejabat senior di wilayah Agadez di Nigeri utara mengatakan wilayah tersebut telah menampung wakil militer AS untuk melakukan pembicaraan tentang keamanan. Agadez menjadi stasiun bagi kelompok yang menentang pemerintah NTC termasuk seorang lagi putra Qaddafi