Senin 31 Oct 2011 06:52 WIB

Israel Serang Gaza Selatan, Seorang Palestina Tewas

REPUBLIKA.CO.ID,RAFAH--Satu orang Palestina tewas dan seorang lagi cedera Minggu dalam serangan baru Israel di Gaza yang dilakukan beberapa jam setelah pejuang Palestina mengumumkan gencatan senjata, kata beberapa sumber medis. Serangan itu terjadi di dekat kota perbatasan Rafah, Jalur Gaza selatan, dan menaikkan jumlah korban tewas Palestina menjadi 10 sejak kekerasan berkobar pada Sabtu sore.

Beberapa saksi menyebut korban tewas sebagai Ahmed Jarghun, seorang pejuang sayap bersenjata Front Demokratis bagi Pembebasan Palestina (DFLP). Pria yang cedera juga anggota DFLP. Militer Israel belum berkomentar mengenai serangan itu, yang dilakukan di sebuah daerah sebelah timur Rafah dan berlangsung beberapa jam setelah gencatan senjata diberlakukan menyusul kekerasan yang menewaskan sembilan orang Palestina dan seorang warga Israel.

Beberapa sumber di Gaza mengatakan, DFLP adalah salah satu kelompok yang menandatangani gencatan senjata penengahan Mesir yang mulai berlaku selepas fajar, namun belum ada tanggapan segera dari kelompok itu. Sembilan korban tewas dalam serangan Israel pada Sabtu adalah pejuang dari Brigade Al-Quds, sayap bersenjata Jihad Islam.

Seorang pria Israel juga tewas setelah terkena pecahan roket yang menghantam kota pelabuhan Israel selatan, Ashdod, sekitar 30 kilometer dari Gaza. Daerah sekitar perbatasan Gaza relatif tenang dalam beberapa pekan terakhir setelah gelombang kekerasan pasca serangan gerilya 18 Agustus di Israel selatan yang menewaskan delapan orang Israel.

Para pejabat Israel mengatakan, pelaku serangan itu berasal dari Jalur Gaza dan menyeberang ke wilayahnya dekat kota pesisir Laut Merah Eilat melalui Semenanjung Sinai Mesir. Lima personel keamanan Mesir dan tujuh orang bersenjata juga tewas dalam kekerasan pada hari itu.

Suasana memanas antara Hamas dan Israel sejak serangan lintas-batas itu. Sejumlah orang Palestina tewas dalam gempuran-gempuran udara Israel ke Gaza setelah itu. Bulan Juli terjadi kenaikan dalam serangan roket dan proyektil lain yang ditembakkan dari Gaza ke Israel, mengakhiri bulan-bulan tenang setelah meletusnya kekerasan pada April ketika sebuah rudal anti-tank menghantam bis sekolah Israel, yang menewaskan seorang remaja.

Israel membalas serangan itu dengan gempuran udara yang menewaskan sedikitnya 19 orang Palestina dalam kekerasan mematikan sejak ofensif 22 hari di Gaza pada Desember 2008 hingga Januari 2009. Israel meluncurkan perang 22 hari itu dengan dalih untuk menghentikan serangan-serangan roket dan mortir.

Jumlah serangan dari wilayah kantung Palestina itu mengalami penurunan dramatis sejak perang itu, meski sepanjang tahun 2010 hampir 200 roket ditembakkan ke Israel, kata militer. Jalur Gaza, kawasan pesisir yang padat penduduk, diblokade oleh Israel dan Mesir setelah Hamas berkuasa empat tahun lalu.

Israel menggempur habis-habisan Jalur Gaza dua tahun lalu dengan dalih untuk menghentikan penembakan roket yang hampir setiap hari ke wilayah negara Yahudi tersebut. Operasi "Cast Lead" Israel itu, yang menewaskan lebih dari 1.400 orang Palestina yang mencakup ratusan warga sipil dan menghancurkan sejumlah besar daerah di jalur pesisir tersebut, diklaim bertujuan mengakhiri penembakan roket dari Gaza. Tiga-belas warga Israel, sepuluh dari mereka prajurit, tewas selama perang itu.

Proses perdamaian Timur Tengah macet sejak konflik itu, dan Jalur Gaza yang dikuasai Hamas masih tetap diblokade oleh Israel. Kelompok Hamas menguasai Jalur Gaza pada Juni tahun 2007 setelah mengalahkan pasukan Fatah yang setia pada Presiden Palestina Mahmoud Abbas dalam pertempuran mematikan selama beberapa hari.

Sejak itu wilayah pesisir miskin tersebut dibloklade oleh Israel. Palestina pun menjadi dua wilayah kesatuan terpisah -- Jalur Gaza yang dikuasai Hamas dan Tepi Barat yang berada di bawah pemerintahan Abbas. Kini kedua kubu tersebut telah melakukan rekonsiliasi. Uni Eropa, Israel dan AS memasukkan Hamas ke dalam daftar organisasi teroris.

sumber : antara/AFP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement