REPUBLIKA.CO.ID,SANA'A--Sebanyak empat ledakan mengguncang satu pangkalan udara di Sana'a, Ahad (30/10), sehingga dua jet tempur terbakar dan membuat penutupan sementara bandar udara internasional di ibu kota Yaman, Sana'a, kata beberapa pejabat penerbangan.
"Ada empat ledakan di pangkalan Angkatan Udara di sebelah bandar udara internasional dan dua jet tempur terbakar," kata pejabat penerbangan yang tak ingin disebutkan jatidirinya kepada AFP --yang dipantau ANTARA di Jakarta, Senin. Ia tak memberi keterangan mengenai penyebab ledakan tersebut.
Bandar udara Sana'a ditutup selama dua jam setelah ledakan, kata seorang lagi pejabat penerbangan yang tak ingin disebutkan jatidirinya. "Bandar udara telah dibuka kembali dan penerbangan lokal ke Aden --kota pelabuhan di bagian selatan negeri itu-- bisa dilanjutkan," kata pejabat tersebut.
Penduduk di daerah sekitar bandar udara melaporkan mereka mendengar suara ledakan keras dan kobaran api serta asap tebal. Tak ada laporan mengenai korban jiwa dan belum ada pihak yang mengaku bertanggung jawab atas ledakan itu.
Sana'a telah jadi ajang bentrokan mematikan antara pasukan yang setia kepada Presiden Ali Abdullah Saleh dan tentara pembangkang serta anggota suku yang telah memberi dukungan bagi protes yang telah mengguncang pemerintah Saleh sejak Januari.
Puluhan ribu pengunjuk-rasa telah membahayakan diri mereka dalam protes hampir setiap hari yang telah ditanggapi dengan kekuatan tentara pro-Saleh. Ratusan orang telah tewas dan ribuan orang lagi cedera selama sembilan bulan belakangan.
Pada Jumat, peserta pawai di Sana'a menuntut Saleh diadili sehubungan dengan jatuhnya korban jiwa. Oposisi menuduh presiden yang telah lama memerintah tersebut melakukan praktik perkoncoan dan korupsi, tapi Saleh telah menolak untuk meletakkan jabatan kendati ada tekanan dari negara Teluk dan Dewan Keamanan PBB.
Selasa lalu (25/10), Saleh memberitahu duta besar AS di Sana'a bahwa ia terikat komitmen pada rencana Teluk untuk meletakkan jabatan, kata Departemen Luar Negeri di Washington. Wanita juru bicara Departemen Luar Negeri AS Victoria Nuland menyambut baik pernyataan Saleh, tapi mengatakan Saleh perlu menepati janjinya, setelah serangkaian pernyataan oleh pemimpin kawakan Arab itu yang menyampaikan dukungan bagi rencana tersebut tanpa pernah melaksanakannya.
Saleh bertemu dengan Duta Besar AS Gerald Feierstein guna membahas perkembangan di Yaman setelah Dewan Keamanan dan Amerika Serikat mendesak dia agar segera memulai penyerahan kekuasaan, kata Nuland.
Berdasarkan rencana itu, yang diperantarai oleh Dewan Kerja Sama Teluk, Saleh akan meletakkan jabatan 30 hari setelah penandatanganan kesepakatan tersebut, sebagai imbalan bagi kekebalan dari hukuman.