REPUBLIKA.CO.ID, ISTAMBUL - Direktur Utama PT Telkomsel Sarwoto Atmosutarno memperkirakan rendahnya minat pelanggan seluler melakukan registrasi ulang layanan premium pascadeaktivasi yang dilakukan pemerintah akan mempengaruhi target laba perusahaan.
"Ternyata minat pelanggan untuk melakukan registrasi ulang layanan premium sangat kecil hanya mencapai 40 ribu pelanggan per hari. Ini akan sangat mempengaruhi target keuangan bukan saja Telkomsel tetapi juga operator seluler lainnya," kata Sarwoto usai meresmikan kerja sama roaming internasional di Istanbul, Turki, Senin.
Sarwoto menjelaskan potensi pendapatan operator yang hilang berasal dari layanan premium seperti SMS, ring back tone (RBT), SMS broadcast, pop-screen, voice broadcast dan yang terpaksa dihentikan untuk mengatasi kisruh penyedotan pulsa pelanggan akibat ulah penyedia konten (content provider) yang tidak bertanggungjawab.
Menurut Sarwoto dari sekitar 104 juta pelanggan Telkomsel saat ini, sebanyak 42 juta di antaranya aktif menggunakan layanan premium. Karena itu akibat keputusan pemerintah yang menginstruksikan operator melakukan deaktivasi layanan premium akan menghilangkan potensi pendapatan Telkomsel sekitar Rp 420 miliar dalam triwulan terakhir 2011.
"Kalau jumlah pelanggan yang registrasi ulang hanya sebanyak 40 ribu pelanggan per hari maka akan sangat lama untuk kembali bangkit dan akan mempengaruhi target keuangan bukan saja Telkomsel tetapi juga bagi operator lain. "Ini memprihatinkan karena dibutuhkan waktu yang sangat lama atau sekitar enam bulan ke depan untuk recovery jumlah pelanggan pengguna layanan premium," katanya.
Menurut catatan selama kuartal III 2011 Telkomsel membukukan laba bersih sebesar Rp 3,52 triliun, naik 12,5 persen dibanding periode sama 2010 (year on year) sebesar Rp 3,13 triliun. Peningkatan laba didukung pendapatan operasional yang tumbuh 7,4 persen menjadi Rp 12,8 triliun dari periode sama tahun sebelumnya sebesar Rp 11,93 triliun.
Meski demikian Sarwoto tidak menyebutkan target pendapatan dan laba perusahaan yang akan dibidik hingga akhir tahun ini. Ia hanya menjelaskan bahwa akibat dari kebijakan tersebut akan mempengaruhi kinerja keuangan operator. "Memang dalam setiap keputusan tentu ada hal yang tidak bisa dihindari. Ini yang harus kita cari solusinya," ujarnya.
BRTI melalui Surat Edaran No. 177/BRTI X/2011 pada 14 April 2011 menginstruksikan kepada seluruh operator untuk melakukan deaktivasi atau mereset ulang sistem layanan konten atau tidak sekedar menghentikan penawaran konten premium.
Keputusan tersebut terpaksa dilakukan untuk menghindari kerugian lebih lanjut pada pelanggan terutama yang mengaku tidak pernah melakukan registrasi langganan layanan premium namun pulsanya terpotong.
Sarwoto menjelaskan kontribusi pendapatan Telkomsel dari layanan premium masih relatif kecil atau sekitar 6 persen, akan tetapi deaktivasi ini akan menghambat berkembangnya salah satu industri kreatif di Tanah Air.
Meski demikian, katanya, Telkomsel tentu terus mencari terobosan-terobosan baru dalam berbisnis salah satunya adalah memperluas layanan roaming internasional.