Selasa 01 Nov 2011 16:54 WIB

Tobat, Mantan Rasis Kulit Putih Jalani Operasi Menyakitkan demi Singkirkan Tatto (2)

Bryon Widner menunjukkan fotonya wajahnya saat masih penuh dengan tatto rasis bersama istrinya, Julie Widner
Foto: AP
Bryon Widner menunjukkan fotonya wajahnya saat masih penuh dengan tatto rasis bersama istrinya, Julie Widner

REPUBLIKA.CO.ID, Tugas SPLC adalah mendengar keluhan rutin dari mereka yang mencoba meninggalkan grup-grup ekstrem dan kebencian. Beberapa dari penelpon sering kali palsu. Beberapa mencoba menyebarkan intelijen sesat. Banyak pula yang hanya mengalami krisis dan kembali ke dalam grup ketika krisis berlalu.

"Sangat sangat jarang kami bertemu dengan skinhead rasis yang bereformasi," ujar Roy. Selama bertahun-tahun, Roy menjuluki Widner sebagai 'anjing pit bull'--alias tokoh paling galak--dari semua skinhead rasis. "Tak ada yang lebih agresif, lebih kontroversial, lebih terkenal dari dia," ujar Roy.

Namun, setelah melakukan beberapa kali percakapan dengan Bryon dan Julie, ia yakin sepenuhnya bila Bryon sudah berubah. Ada sesuatu yang berbeda dari pasangan tersebut--ketulusan dan keinginan kuat untuk meninggalkan masa lalu di belakang serta mencari semacam penebusan.

Pada Maret 2007, Roy dan seorang asisten pergi ke Michigan. Roy masih takjub dengan ingatan sesosok pria dengan wajah sangar berjalan menyapa mereka, mengenakan kaos "World's Greates Dad", memegang bayinya di tangan sementara putrinya bergayut di tangan yang lain,

Beberapa hari kemudian mereka melihat penderitaan yang dialami Bryon. Mereka mendengar dalam horor ketika mendengar bagaimana lelaki itu mempertimbangkan menggunakan asam ke wajahnya. "Ia benar-benar dalam kondisi buruk," ujar Roy. "Pria ini benar-benar berjuang untuk hidupnya."

Widner berbagi informasi mengenai struktur berbagai grup skinhead, formas berbeda dan percobaan bagi anggota baru di beberapa geng, hirarki dan yang lain. Ia setuju untuk berbicara di konfernsi Jaringan Intelijen Skinhea tahunan yang digelar SPLC, yang selalu dikunjungi oleh polisi dari penjuru negara.

Sementara dari pihak Roy, ia berjanji meminta organisasinya melakukan sesuatu yang tak pernah dilakukan sebelumnya--mencari donor untuk membayar ongkos operasi penghilangan tatto Widner. Saat itu Widner tak berharap banyak. Namun paling tidak ia sepakat untuk tidak bereksperimen dengan asam.

Keluarga itu menghadapi masalah keuangan dan emosional kian keras. Widner menemukan lowongan paruh waktu yang menerimanya. Ia bekerja sebagai pembersih salju dan pekerjaan serabutan untuk memperbaiki apa pun namun masih tak cukup untuk membiaya keluarganya.

Ancaman berupa serangan di internet terus berlanjut. Tak jarang mereka menjumpai kotoran babi dalam mobil mereka. Telepon-telepon yang tiba-tiba putus ketika diangkat juga kerap meneror tengah malam. Bahkan ada pula penelpon anonim yang meninggalka pesan mengancam. "Kalian akan Mati".

Beberapa kali mereka mendapat bocoran dari teman-teman yang simpati bahwa sejumlah kru skinhead dalam perjalanan menuju rumah mereka 'untuk mengatasi' mereka, Bryon sekeluarga pun mesti mengungsi ke hotel murah.

Sehingga, begitu Roy menelpon beberapa bulan berikutnya mengatakan seorang pedonor bersedia membayar untuk operasi tersebut, Widner sulit sekali mempercayai. Sang donatur--pendukung SPLC sejak lama tersentuh dengan kisah Widner dan terkejut melihat wajah Bryon yang penuh tatto.

"Untuk memiliki kesempatan lagi dalam kehidupan dan melakukan kebaikan, saya tahu semua tatto itu harus hilang," ujar wanita sang calon pemberi donasi.

Ia pun menyetujui mendanai operasi yang berbiaya sekitar 35 ribu dolar dengan beberapa persyaratan. Ia ingin tetap tidak disebut namanya. Ia ingin mendapat jaminan bahwa Bryon dapat memperoleh GED, (proses dan sertifikat belajar setara SMA bagi mereka yang putus sekolah), bahwa Bryon akan menjalani konseling dan mengejar  pendidikan di kuliah.

Tentu saja semua itu sangat mudah disetujui. Semua itu adalah yang ingin dilakukan oleh Widner.

Namun butuh waktu hingga setahun lebih untuk menemukan dokter-dokter yang tepat dan jadwal operasi. Sementara itu, sudah sangat mendesak bagi keluarga untuk segera meninggalkan Michiggan. Forum-forum supremasis kulit putih di web-web liar membicarakan tentang pasangan dan keluarga yang dianggap berkhianat. Lewat polisi lokal, FBI mengingatkan bahwa mereka dalam bahaya.

Pada musim semi 2008, mereka mengemasi barang-barang dan pinda ke Tennessee, dekat ayah Julie. Mereka menyewa rumah dengan tiga kamar tidur di kawasan pedesaan dan bergabung bersama gereja. Dibantu oleh ayah mertua dan pastor gereja, Widner menemukan pekerjaan. Ancaman pun mereda.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement