Selasa 01 Nov 2011 17:22 WIB

Tobat, Mantan Rasis Kulit Putih Jalani Operasi Menyakitkan demi Singkirkan Tatto (3)

Wajah baru Bryon Widner setelah menjalani operasi laser selama 25 kali dalam 16 bulan untuk menyingkiran tattonya.
Foto: AP
Wajah baru Bryon Widner setelah menjalani operasi laser selama 25 kali dalam 16 bulan untuk menyingkiran tattonya.

REPUBLIKA.CO.ID, Dokter Bruce Shack, yang mengepalai Departemen Bedah Plastik di Pusat Medis Universitas Vanderbilt, di Nashvile, masih teringat betul dengan jelas ketika bertemu Widner. Setelah melihat foto dan berbicara dengan SPLC, ia pun setuju melakukan operasi. Namun ia sepenuhnya tak setuju dengan wajah Widner.

"Ini bukan sekedar sedikit tatto," ujarnya. "Ini seperti lukisan penuh di atas kanvas."

Saat itu Juni 2009 dan pasangat Widner berkendara menuju Vanderbilt untuk bertemu sang dokter. Sikap tulus Shack dengan mudah membuat kedua pasangan merasa nyaman dan lebih mudah.

"Ia tidak hanya melihat tatto-tatto itu," ujar Widner. "Ia melihat saya sebagai seorang manusia." ujarnya.

Bagi Shack, ia juga menemukan tantangan terbesarnya sebagai seorang dokter bedah plastik. Ia memperlihatkan kepada Widner perlatan laser--terlihat seperti pena panjang gemuk--yang akan melacak persis garis-garis tatto ketika ia membakar gambar tersebut di wajah.

Shack menerangkan bagaimana pena itu akan menghantarkan semburan energi pendek. Dalam kasus Bryon, Shack mengatakan bakal butuh banyak kali sesi agar tinta tatto benar-benar menghilang. Prosesnya, imbuhnya, akan sangat menyakitkan, jauh lebih menyakitkan ketimbang saat menorehkan tatto pertama kali.

"Anda akan merasa seperti kulit terbakar akibat sengatan matahari, namun yang terburuk di dunia. Wajah anda akan bergetar seperti pemain tinju yang ditonjok berulang kali, namun semua pada akhirnya akan sembuh," tutur Shack kepada Widner. "Ini tak akan menyenangkan. Tapi jika anda bersedia melakukan ini. Saya pun bersedia membantu anda."

Tak ada yang menahan Widner. "Saya harus melakukan ini," ujarnya dengan tangan sang istri menggegam tangannya. "Saya tidak pernah memiliki hidup normal kecuali melakukan ini."

Pada 22 Juni 2009, Widner berbaring di meja operasi, pikirannya bercampur aduk antara kecemasan dan harapan. Seorang perawat mengoleskan jel tebal ke seluruh wajahnya. Shack berdiri di atas dengan kacamata pelindung dan menyuntikan obat bius lokal. Ia pun mulai menggarap kulit Widner. Sinar laser membuat gerakan suara patah-patah rat-tat-tat begitu ia membakar tinta menembus daging di wajah Widner.

Widner tak pernah merasakan sakit sedahsyat itu. Tidak ketika matanya lebam menghitam atau giginya copot dalam perkelahian antar bar. Pun, ketika ia dipenjara bersama grup kulit hitam karena sipir ingin menyaksikan bagaimana ia dikeroyok dan dipukul jatuh.

Wajahnya berkedut, bergoyang dalam rasa panas terbakar, matanya menghitam hingga melotot. Ia tak pernah merasa begitu tak berdaya dan begitu menderita. "Saya benar-benar orang yang merengek saat itu," ujarnya.

"Ia benar-benar pemberani," timpal istrinya, Julie.

Setelah beberapa sesi, Shack memutuskan Widner terlalu banyak menderita kesakitan. Satu-satunya cara adalah membiusnya secara total setiap kali operasi. Namun itu juga berarti proses penghilangan membutuhkan waktu lebih lama ketimbang tujuh atau delapan sesi yang telah dijadwalkan.

Mereka pun menjadwalkan secara rutin. Setiap pekan, Widner akan menghabiskan waktu satu jam setengah untuk operasi dan satu jam lagi untuk pemulihan. Di saat bersamaan Julie akan terlihat tegar dan mengumpulkan semua upaya untuk menyembunyikan rasa takut serta tersenyum kepada suaminya yang terluka, berwajah merah terbakar saat mengemudi pulang. Butuh waktu beberapa hari untuk membuat bekas terbakar dan daging kemerahan di wajah Bryon berangsur-angsur menghilang.

Shack dan timnya sangat kagum dengan ketahanan dan tekad Widner. Sedangkan Widner takjub dengan tingkat komitmen dan perhatian tim dokter yang dipimpin Shack. Bahkan para perawat yang awalnya terintimidasi dengan wajah Widner mulai akrab dengan keluarga dan juga mantan rasis keras kepala itu.

Perlahan--jauh lebih perlahan dari yang diharapkan Widner--tatto tersebut mulai menghilang. Total ia menjalani 25 operasi dalam kurun 16 bulan untuk menyingkirkan tato di wajah, leher dan tangannya.

Pada 22 Oktober 2010, hari operasi terakhir, Shack memeluk Julie dan menjabat erat tangan Bryon. Menghilangkan tatto, ujarnya, telah menjadi kehormatan terbesar sebagai seorang dokter bedah plastik. Namun, Shack menambahkan, hal terbesar lain adalah mengenal keluarga tersebut.

"Ini juga berlaku untuk siapa pun yang menyiapkan dirinya melewati ikatan ini demi melakukan hal lebih baik dalam hidup mereka," ujar Shack.

sumber : AP
Advertisement
Berita Lainnya
Advertisement
Advertisement
Advertisement